Indonesia Tingkatkan Penetrasi Ekspor CPO ke Pakistan

marketeers article
Menteri Perindustrian RI, Agus Gumiwang Kartasasmita (kanan) melakukan pertemuan dengan Menteri Industri dan Produksi Pakistan, Syed Murtaza Mahmud (kiri) di Jakarta. (FOTO: Dok Kemenperin)

Indonesia meningkatkan penetrasi ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan minyak goreng ke Pakistan. Hal itu dalam rangka memperkuat kerja sama sehingga memacu pertumbuhan ekonomi kedua negara.

“Pemerintah telah memutuskan membuka ekspor minyak goreng kembali, setelah melihat kondisi pasokan yang terpenuhi di pasar domestik dan penurunan harga minyak goreng curah saat ini. Oleh karenanya, Pakistan bisa menjadi pasar yang potensial,” kata Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian dalam keterangannya, Selasa (14/6/2022).

Hal itu disampaikan Agus Gumiwang Kartasasmita saat bertemu dengan Menteri Perindustrian dan Produksi Pakistan Syed Murtaza Mahmud di Jakarta.

Dia menjelaskan pemerintah sedang menjalankan program percepatan distribusi CPO, refined bleached deodorized palm oil (RBDPO), dan used cooking oil (UCO) melalui ekspor sejak tanggal 7 Juni-31 Juli 2022. “Hal ini dalam rangka optimalisasi dan stabilisasi produksi dan rantai perdagangan CPO, RBDPO, dan UCO,” ujarnya. 

Program tersebut berlaku bagi seluruh eksportir, dengan alokasi ekspor ditetapkan sebesar 1 juta ton, dan setiap eksportir yang mengikuti program diberikan alokasi paling sedikit 10 ton kelipatannya. “Saya yakin terbitnya regulasi terkait ini dapat mempercepat impor CPO dan turunannya ke Pakistan,” ucapnya.

Dia berharap, pertemuan bilateral ini juga dapat memperluas hubungan kerja sama kedua negara di bidang ekonomi, yaitu dengan kelanjutan perundingan Indonesia-Pakistan Trade in Goods Agreement (IP-TIGA). Hal ini dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi kedua negara pasca-pandemi Covid- 19.

“Indonesia punya potensi besar, dengan jumlah UMKM sebanyak 65 juta unit atau 99% mendominasi dari total unit usaha yang ada di Indonesia. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) memberikan kontribusi hingga 60% terhadap PDB nasional,” tuturnya. 

Selain itu, UKM di Indonesia menyerap tenaga kerja lebih dari 119,6 juta orang atau menyumbang sekitar 96,92% dari total tenaga kerja di Indonesia. Dia optimistis peningkatan kerja sama di sektor industri dengan Pakistan akan mendongkrak kinerja ekspor nasional. 

Total perdagangan kedua negara mencatat pertumbuhan positif sebesar 6,65% selama 2017-2021 dan mencatat pertumbuhan positif sebesar 41,77% selama 2021-2022. Pada tahun 2021, total perdagangan bilateral mencapai US$ 3,9 miliar dengan total ekspor US$ 3,8 miliar dan impor dari Pakistan sebesar US$ 185 juta, yang keduanya didominasi oleh sektor nonmigas. 

Dalam lima tahun terakhir, Indonesia terus mengalami nilai perdagangan yang positif. Pada tahun 2021, nilai perdagangan tercatat sebesar US$ 3,6 miliar. Sementara itu, penanaman modal dari investor Pakistan di Indonesia dari tahun 2018 hingga 2022 telah menggelontorkan total dana sebesar US$ 5,45 juta untuk 155 proyek. 

Sektor-sektor yang merealisasikan investasinya tersebut, antara lain industri makanan, tekstil, kayu, serta kimia dan farmasi. “Minyak sawit dan minyak sawit mentah adalah produk dengan potensi ekspor terbesar dari Indonesia ke Pakistan,” katanya. 

Related

award
SPSAwArDS