Industri Mainan Lesu, Pendapatan Lego Malah Naik 13%

marketeers article
Ilustrasi kantor LEGO Group (FOTO: The LEGO Group)

Industri mainan global mengalami tekanan seiring penurunan penjualan akibat kenaikan inflasi. Namun, Lego, perusahaan mainan asal Denmark tak terdampak fenomena tersebut dan justru mencatatkan pertumbuhan bisnis.

Dilansir dari CNBC, Rabut (28/8/2024), Lego mengantongi pendapatan sebesar 31 miliar krone Denmark (US$ 4,65 miliar) pada semester I tahun 2024, atau naik 13% secara year on year (yoy). Niels Christiansen, CEO Lego mengatakan pertumbuhan bisnis itu disokong portofolio bisnis perusahaan, terutama Lego Icons dan Lego Creator, serta kemitraannya dengan EpiC Games’ Fortnite.

BACA JUGA: Gandeng Shopee, Tulus Skin Bidik Tren Skincare Lokal

Tahun lalu, Lego melihat tren konsumen “trading down” atau memilih mainan dengan harga lebih rendah, meski secara frekuensi pembelian tetap sama. Untuk tahun ini, Christiansen memastikan dari segi frekuensinya, jumlah pembelian mengalami peningkatan. 

“Kami melihat tahun ini lebih stabil. Semua portofolio bisnis mengalami pertumbuhan, terutama dari segi volume,” ujarnya. 

BACA JUGA: Sepak Terjang Sven-Goran Eriksson, Eks Pelatih Timnas Inggris yang Meninggal Dunia

Sementara itu, untuk kompetitor, yaitu Mattel mengalami penurunan penjualan bersih sebesar 1% pada semester I 2024. Hasbro juga melaporkan pendapatan bersihnya merosot 21% hingga akhir Juni 2024. 

Lego terus mendorong pertumbuhan saat pandemi COVID-19 lewat beragam produk yang memenuhi kebutuhan anak-anak dan orang dewasa. Selain set yang terkait dengan franchise populer, seperti Harry Potter dan Star Wars, Lego juga memiliki pilihan desain inovatif bagi konsumen untuk membangun flowemerosrs dan succulents, karya seni dan hewan terkenal. 

BACA JUGA: 10 Cara Mengelola Keuangan pada Usia 20-an

Penjualan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa tetap kuat, sementara di Cina bergerak datar. Christiansen mengatakan konsumen di wilayah ini membelanjakan lebih sedikit untuk barang-barang dengan harga yang lebih besar, dan frekuensi pembelian mereka menurun.  

Namun, perusahaan tetap putar otak agar bisa melakukan ekspansi di Cina. Dia melihat ada potensi jangka panjang bagi bisnis Lego di negara tersebut.

Dari 40 outlet Lego yang dibuka pada kuartal kuartal pertama, 20 di antaranya berada di Cina. Demikian pula, dari 60 toko yang direncanakan dibuka pada paruh kedua tahun ini, di antaranya dibuka di Cina. 

Christiansen memastikan aspek keberlanjutan di Lego menunjukkan hasil yang tak terduga. Perusahaan telah meningkatkan hampir dua kali lipat jumlah bahan terbarukan dan dapat didaur ulang yang digunakannya untuk balok mainannya.

“Itu adalah pencapaian yang bagus. Ini adalah langkah maju yang baik meski secara biaya lebih besar dengan menggunakan bahan standar,” ucapnya.

Dia memastikan penggunaan bahan terbarukan tidak akan dibebankan untuk harga jual ke konsumen. Dengan begitu, harga jual mainan yang dibeli konsumen tetap stabil.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS