Inflasi Lebaran Terkendali, Apakah Pengeluaran Konsumsi Juga Demikian?

marketeers article

Sudah genap seminggu umat Islam menjalani ibadah Ramadan dan beberapa karyawan baik negeri ataupun swasta akan menerima gaji dan Tunjagan Hari Raya (THR). Tidak dapat dipungkiri, masyarakat Indonesia umumnya akan mengeluarkan uang lebih banyak selama Ramadan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal.

Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, masyarakat Indonesia menyambut Ramadan sebagai sebuah perayaan besar. Oleh karenanya, selama periode ini sering terjadi kelangkaan untuk beberapa komoditi utama, seperti pangan dan bahan bakar lantaran permintaan yang melonjak. Hal itu pula lah yang membuat harga pun merangkak naik.

Melonjaknya harga komoditi ini mengakibatkan tren inflasi yang terjadi pada bulan Ramadan biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa periode Ramadan sering terjadi inflasi, walau pada tahun 2017 lalu, BPS merekam inflasi hanya sebesar 0,69%.

Tingkat inflasi pada perayaan Idul Fitri 2017 merupakan yang paling terkendali dalam empat tahun terakhir, di mana tren inflasi ini juga lebih terkendali dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 misalnya, inflasi tertinggi terjadi yaitu mencapai 3,29%.

Catatan BPS terkahir mencatat bahwa inflasi April 2018 hanya 0,1%. Angka ini lebih rendah dibanding laju inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,2%. Akan tetapi, angka ini lebih tinggi dari April 2017 yang hanya 0,09%.

Karnea iflasi bulan lalu adalah yang terendah dalam enam bulan terakhir, sejumlah pihak menanggap bahwa inflasi Lebaran tahun ini dapat jauh lebih terkendali. Salah satunya disebabkan oleh berbagai upaya pemerintah menekan gejolak harga pangan sepanjang Ramadan dan menjelang Lebaran.

Musim panen raya padi di beberapa daerah serta terkendalinya harga-harga pangan lainnya membuat inflasi April 2018 merupakan yang terendah dalam empat bulan pertama tahun ini. Adapun penyumbang inflasi bulan lalu adalah pengeluaran kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,24%.

Kemudian kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,16%; kelompok sandang 0,29%; kelompok kesehatan 0,22%; dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,04%.

Tren inflasi ini merupakan faktor eksternal yang masyaralat tidak bisa hindari dalam mempersiapkan pengeluaran menjelang dan selama bulan Ramadan. Namun, secara internal, mereka bisa mengendalikan pengeluaran keuangan menjelang dan selama bulan Ramadan.

Ari Adil, Independent Wealth Management Advisor mengungkapkan, pengeluaran seseorang dapat dikontrol selama memiliki perhitungan sebelum semua pengeluaran dilakukan.

“Hanya butuh 5 menit untuk menetapkan skema pengeluaran kita selama bulan Ramadan, namun ini yang paling sering digampangkan oleh banyak orang. Akhirnya, pengeluaran tidak terkontrol,” ujar Ari Adil.

Ari menyatakan, ketidakpahaman pentingnya menjaga kondisi keuangan dengan stabil merupakan tanda bahwa mereka memiliki literasi finansial yang rendah. Sehingga, perlu bagi seseorang mengulas ulang kebutuhan pengeluaran keuangan mereka.

Selain literasi finansial yang rendah, khusus bagi para pekerja milenial yang akan menerima Tunjangan Hari Raya (THR), penting untuk menjadi smart shopper.

“Banyak diantara pekerja millennial merupakan kalangan dengan tingkat konsumsi yang tinggi karena sifat mereka yang kompulsif. Sehingga keinginan untuk berbelanja tidak dipikir dengan matang,” ujar Ari.

 

Related

award
SPSAwArDS