Inflasi Meroket, Swedia Naikkan Suku Bunga hingga 100 Basis Poin

marketeers article
Bank Indonesia Perkirakan Inflasi Oktober Capai 0,05%. (FOTO: Dok 123rf)

Bank sentral Swedia memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebanyak 100 basis poin. Dengan demikian, tingkat suku bunga acuan yang ditetapkan Riksbank Swedia kini menjadi 1,75% dari sebelumnya 0,75%.

“Lonjakan inflasi melemahkan daya beli rumah tangga dan menyulitkan perusahaan dan rumah tangga untuk merencanakan keuangan mereka,” kata Riksbank dikutip dari CNBC, Selasa (20/9/2022).

Aksi Riksbank menaikkan suku bunga terjadi saat bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) memulai pertemuan kebijakan moneter dua hari. Pelaku pasar mengharapkan kenaikan suku bunga sebanyak 75 basis poin seiring upaya bank sentral untuk mengendalikan kenaikan harga.

Riksbank menyatakan kebijakan moneter perlu diperketat untuk menjangkar inflasi ke target 2%. Di sisi lain, suku bunga acuan berpeluang kembali naik dalam enam bulan ke depan.

“Perkembangan inflasi ke depan masih sulit untuk dinilai dan Riksbank akan menyesuaikan kebijakan moneter seperlunya untuk memastikan inflasi kembali ke target,” ujar Riksbank.

Bank sentral Swedia mengakui faktor global seperti ketidakseimbangan setelah pandemi COVID-19 dan melonjaknya harga energi akibat perang Rusia-Ukraina telah meningkatkan banderol berbagai barang. Namun, Riksbank melihat aktivitas ekonomi yang kuat di Swedia juga berkontribusi terhadap inflasi baru-baru ini.

Indeks harga konsumen (IHK) Swedia pada periode Agustus mencapai 9% secara year on year (yoy). Realisasi itu mencatatkan level tertinggi sejak 1991 dan melebihi perkiraan Riksbank sebelumnya pada bulan Juni.

“Kenaikan harga dan biaya bunga yang lebih tinggi dirasakan oleh rumah tangga dan perusahaan, dan banyak rumah tangga akan memiliki biaya hidup yang jauh lebih tinggi. Namun, akan lebih menyakitkan bagi rumah tangga dan ekonomi Swedia secara umum jika inflasi tetap pada level tinggi saat ini,” Riksbank melanjutkan.

Bank Dunia sebelumnya menyoroti kemungkinan adanya resesi global pada 2023 seiring kebijakan bank sentral di seluruh dunia yang secara bersamaan menaikkan suku bunga acuan. Kenaikan suku bunga merupakan upaya untuk menekan inflasi yang tercermin dari kenaikan harga-harga barang.

Dalam studi barunya, lembaga internasional itu melihat bank-bank sentral telah menaikkan suku bunga tahun ini secara bersamaan dan masif selama lima dekade terakhir. Tren itu sangat besar kemungkinannya berlanjut hingga tahun depan.

Namun, kebijakan bank sentral dunia yang menaikkan suku bunga ataupun intervensi aturan lainnya belum cukup menahan inflasi global seperti sebelum pandemi COVID-19 menerjang. Investor memperkirakan bank sentral menaikkan suku bunga acuannya hingga hampir 4% pada 2023. 

“Jika ini disertai dengan tekanan pasar keuangan, pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) global akan melambat menjadi 0,5% pada 2023, kontrak 0,4% yang memenuhi definisi teknis dari resesi global,” kata Bank Dunia.

Related

award
SPSAwArDS