Ini Kata Raksasa Indofood Soal MEA

marketeers article
Kehadiran Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bukan suatu kecemasan bagi Indofood. Bisa dibilang, sejak tiga tahun lalu, konglomerasi yang didirikan oleh Lim Sioe Liong itu telah selangkah lebih maju menyiapkan agenda ekspansi usahanya, tidak hanya di Asia Tenggara, namun juga di belahan dunia.
 
Sejak tahun 2013, banyak aksi korporasi, baik merger dan akuisisi, yang dilakukan Indofood di dalam negeri. Tujuannya adalah untuk menyeimbangkan portofolio usaha Indofood yang selama ini ditopang oleh penjualan mi instan. 
 
Indomie adalah merek mi instan besutan Indofood yang sangat populer di Indonesia. Bahkan, ada yang menganggap bahwa Indomie merupakan makanan pokok kedua masyarakat Indonesia setelah nasi.
 
Sebagai brand yang hadir selama puluhan tahun, Indomie telah masuk ke dalam fase tertinggi dalam produksi. Dengan kata lain, produksi yang tinggi membuat pertumbuhannya jenuh, alias tidak bisa melonjak pesat. Maka itu, inovasi produk pun dilakukan Indomie dengan mengeluarkan varian Cita Rasa Nusantara, maupun Taste of Asia.
 
Tak sekadar berinovasi, Indofood telah lama melakukan ekspansi ke berbagai negara. Produk Indomie sudah ada di 80 negara dunia, baik di Eropa, Timur Tengah, Afrika hingga Amerika. 
 
Bahkan, di Sudan dan Libanon, Indomie hampir ada di setiap toko ritel dan super market. Indofood pun telah lama membangun pabrik di sejumlah negara, seperti di Malaysia, Saudi Arabia, Nigeria, Suria, Mesir, dan Kazakhstan.
 
Maka itu, dengan sedari dulu menjangkau ribuan kilometer dunia, Indomie tentu siap-siap saja menghadapi gelombang pasar bebas MEA. Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang mengatakan, perdagangan bebas di ASEAN pada dasarnya sudah berjalan secara bertahap sejak satu dasawarsa terakhir.
 
“Diawali dengan produk personal care, peralatan elektrik, lalu makanan dan minuman. Sehingga, MEA bukan hal baru sebenarnya bagi kami,” kata Franky, sapaan Franciscus. 
 
Nah, MEA yang diresmikan awal tahun depan, kata Franky, bakal memberikan penyesuaian dalam hal registrasi, bea cukai dan administrasi lainnya. Khusus sektor perdagangan dan industri, ia bilang, sudah ada seabgian produk yang telah menjadi bagian dari MEA.
 
“Perbedaannya, setelah tahun 2015 nanti, ASEAN menjadi lebih terbuka terhadap totalitas jenis-jenis produk,” ucapnya. 
 
Namun, ada pengecualian. Masing-masing negara akan menjaga kategori produk yang dimilikinya, baik untuk memelihara pasar dalam negeri, maupun masyarakatnya. “Misalnya, produk pertanian Indonesia,” tambahnya.
 
Nah, bagaimana Indomie menjaga market share dari serangan mie-mie asing? Franky pun menjawab lantang, “Buat apa dijaga? Wong, Indofood sudah ekspor. Saya kira, kami melihat bagaimana masing-masing melakukan teknik bersaing saja,” tegasnya.
 
Dia juga menyoroti tata cara persaingan, khususnya terhadap pasokan bahan baku. Ia bilang, apabila pemerintah mengatur kuota bahan baku produksi, hal itu akan memberatkan industri Tanah Air. 
 
“Aturannya sederhana saja. Negara lain bisa bebas, tidak pakai kuota. Sedangkan Indonesia pakai kuota. Lantas, mau bersaing apanya?” ucap Franky. Namun, meski ada sedikit ganjalan, rasanya posisi Indofood tak akan tergoyahkan meski arus barang bakal menyerbu Indonesia.
 
Editor: Sigit Kurniawan 

Related

award
SPSAwArDS