Ini Yang Perlu Dipahami Pelaku Mamin di Era Teknologi 4.0

marketeers article

Tren digitalisasi dan strategi Big Data pada publikasi dunia digital kerap dimanfaatkan oleh para pelaku industri makanan dan minuman dalam menghadapi persaingan yang ada. Lanskap perilaku belanja konsumen semakin berubah. Selain konsumen kian mudah membeli produk, konsumen juga mulai menyukai produk yang memiliki nilai tambah bagi lingkungan.

Kementerian Perindustrian RI pun telah meluncurkan peta jalan (roadmap) ‘Making Indonesia 4.0’ untuk memetakan kebutuhan tren industri 4.0 dan digitalisasi di Indonesia. Di antaranya terkait kecerdasan buatan (AI), internet of things (IoT), wearable technologies, dan robotika canggih. Roadmap diharapkan dapat mendorong para pelaku industri untuk berinovasi di level operasional maupun produk yang ditawarkannya.

Dus, industri makanan minuman (mamin) juga diharapkan dapat membesarkan skala usaha dan bertransformasi menjadi pengekspor makanan dan minuman pertama di kawasan ASEAN.

Paolo Maggi, Managing Director of Tetra Pak Indonesia mengatakan, dalam menyongsing industri 4.0 yang tengah populer dan dianggap sebagai ‘lompatan berikutnya dalam sejarah industri’, pihaknya menyediakan solusi pemanfaatan teknologi digital seperti Artificial Intelligence dalam industri kemasan.

“Teknologi 4.0 menjadikan industri makanan minuman dapat merasakan peningkatan produktivitas, efisiensi bisnis, dan tentunya praktik bisnis yang mengedepankan tanggung jawab lingkungan,” jelas dia.

Berdasarkan observasi Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI), tren pertumbuhan industri makanan minuman hingga akhir tahun dapat mencapai sekitar 8%-9%.

Kondisi itu didorong oleh sejumlah faktor, seperti pertumbuhan makro ekonomi yang masih bisa dipertahankan diatas 5%, pertambahan penduduk sekitar lebih dari empat juta setiap tahun, serta tren perubahan gaya hidup terutama di perkotaan.

“Ditambah lagi harapan tambahan belanja dalam masa kampanye Pilpres dan Legislatif menuju 2019,” papar Adhi S. Lukman, Ketua GAPPMI di Sheraton Gandaria, Rabu, (31/10/2018).

Menurut Lukman, sebagian industri pangan besar mulai berbenah menuju penerapan industri 4.0 untuk meningkatkan daya saing di pasar global. Akan tetapi, terdapat beberapa tantangan yang sebaiknya terus diawasi oleh para pelaku industri makanan minuman saat beradaptasi dengan Industri generasi keempat ini.

Misalnya saja, kapasitas SDM yang kompetensinya masih rendah, kurangnya penyedia teknologi, infrastruktur koneksi yang belum memadai di banyak area, keamanan data, rendahnya dana inovasi, serta belum memadainya regulasi pendukung.

“Penting bagi para pelaku industri makanan minuman untuk terus melakukan inovasi produk, mengutiliasi strategi bisnis secara digital, serta mempertimbangkan dampak lingkungan yang mungkin tercipta akibat proses bisnis,” tegas dia.

Lebih lanjut, Paolo Maggi menerangkan bahwa digitalisasi dan pertukaran data di pabrik dan keseluruhan lini produksi harus diperhatikan oleh pelaku industri makanan dan minuman agar dapat memenangkan persaingan masa depan.

“Hal tersebut merupakan cara cerdas dalam penggunaan teknologi digital untuk melakukan efisiensi dan menekan biaya operasional di pabrik, serta meminimalkan downtime (kerusakan mesin) dan meningkatkan kualitas serta profitabilitas,” tuturnya.

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS