Inilah Logo Jogja yang Baru

marketeers article

Setelah melalui proses panjang, kurasi, dan kerja ulang (rework) logo baru baru Jogja akhirnya diperkenalkan ke publik melalui soft launching yang digelar di Gedung Pracimosono, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Kamis (5/2/2015). Soft launching dilakukan langsung oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. 

Proses kurasi dan rework tersebut dilakukan oleh Tim 11 Rebranding Jogja yang ditunjuk dan mewakili berbagai elemen masyarakat yang kompeten. Menurut Herry Zudianto, Ketua Tim 11, logo Jogja yang baru ini memuat makna dan filosofi yang tidak lepas dari gagasan Sultan Hamengku Buwono X dalam arah pembangunan Jogja Renaisans maupun Sabda Tama.

Logo Jogja yang baru ini menggunakan huruf kecil yang melambangkan egaliterisme, kesederajatan, dan persaudaraan. “Dengan warna merah bata, sebagai warna yang melambangkan kraton dan spirit keberanian dan untuk menandai warna zaman baru atau masa depan berbekal pada akar budaya masa lalu. Akar budaya ini diperkaya dengan kearifan lokal yang genuine,” kata Arif Budiman, anggota Tim 11.

Font yang digunakan memuat nuansa huruf Jawa. Hal ini, menurut paparan Arif, mewakili kekuatan akar budaya masyarakat Yogyakarta.  “Logo ini menggunakan jenis font original yang didesain berdasarkan aksara Jawa. Kemudian, dikemas ulang dalam font modern, simpel, dan dinamis serta tetap berpijak pada ruh tradisi dan kebudayaan Jogja,” katanya.

Selain itu, bentuk font yang modern, simpel, dan dinamis juga dimaksudkan sebagai manifestasi semangat anak muda (Youth), perempuan (Women), dan penggiat Internet (Netizen) yang oleh MarkPlus diposisikan sebagai tiga subkultur yang menggerakkan dunia modern saat ini.

Sementara, sembilan arah pembangunan Jogja Renaisans yang menyangkut pendidikan, pariwisata, teknologi, ekonomi, energi, pangan, kesehatan, keterlindungan warga, tata ruang dan lingkungan, disimbolkan dalam huruf “g” yang berbentuk angka sembilan.  “Untuk mencapai tekad Jogja Gumregah ini, kebudayaan akan selalu menjadi payung dan artus utama dalam mencapai kemajuan,” kata Arif.

Titik dalam huruf “J” dalam bentuk biji dan daun juga lubang pada huruf G melambangkan filosofi Cokro Manggilingan, Wiji Wutuh, Wutah PEcah, PEcah Tuwuh, Dadi Wiji yang menjadi pedoman pembangunan yang lestari dan selaras dengan lingkungan.

Huruf “G” dan “J” yang saling memangku dan bersinggungan melambangkan semangat “Hamemayu Hayuning Bawana” – pedoman bagi setiap pemimpin dan pengampu kebijakan untuk selalu bercermin pada kalbu rakyat. Ini juga diartikan sebagai tugas pemimpin yang menjadi pelayan rakyat untuk memajukan pembangunan yang memanusiakan manusia.

Warna merah yang digunakan sebagai warna resmi logo tersebut berasal dari lambang kraton. Merah mencerminkan keberanian, ketegasan, kebulatan tekad. Warna merah di atas putih menggambarkan Jogja yang menyimpan roh ke-Indonesia-an yang berdiri kokoh di atas sejarah panjang kebudayaan unggul Nusantara.

Tagline “Istimewa” mencerminkan keistimewaan Jogja yang progresif, integritas, dan memiliki diferensiasi yang kuat dibanding daerah lain.

Herry Zudianto menambahkan, branding ini nantinya diharapkan bisa menjadi citizen brand yang akan dicintai dan digunakan oleh semua elemen masyarakat Jogja. 

Related

award
SPSAwArDS