PT Kereta Api Indonesia (Persero) menerapkan standar tinggi melakukan perekrutan sumber daya manusia (SDM). Hal ini terlihat dari jumlah pelamar kerja yang diterima hanya sebesar 0,4% dari total pelamar sebanyak 980 ribu orang sejak periode 2021-2025.
Secara terperinci, jumlah pelamar yang menjajal peruntungannya di KAI terbagi dalam 34 gelombang. Namun, hanya 3.949 orang yang diterima dari total pelamar.
BACA JUGA: Naik 16%, Kinerja Angkutan Barang KAI Capai 97.889 Ton
Angka ini menunjukkan betapa ketatnya proses seleksi yang diterapkan perusahaan, sekaligus menjadi indikator tingginya minat masyarakat untuk berkarier di KAI. Rosma Handayani, Direktur SDM dan Umum KAI menjelaskan alasan di balik ketatnya seleksi karyawan yang diterapkan perseroan.
Rosma menyebut, sebagai BUMN transportasi publik yang melayani jutaan pelanggan setiap bulan, KAI menempatkan pengelolaan SDM sebagai prioritas strategis. Sehingga setiap karyawan harus memiliki kualitas dan integritas tinggi.
BACA JUGA: KAI Journey Tampil di Philip Kotler Museum of Marketing with Hermawan Kartajaya
“Transformasi tidak cukup hanya dengan modernisasi sarana, tapi juga harus menyentuh manusianya. Karena itu, kami membangun ekosistem kerja yang berkualitas, adaptif, dan terbuka bagi semua,” kata Rosma melalui keterangan resmi, Rabu (4/6/2025).
Dalam melakukan pengelolaan SDM, perseroan juga terus mengembangkan kualitas seluruh karyawannya melalui berbagai pengembangan kompetensi. Selama tiga tahun terakhir, KAI gencar melakukan pelatihan.
Pada 2022, KAI menyelenggarakan 462 kegiatan pelatihan yang diikuti 8.545 peserta. Setahun kemudian, meski jumlah kegiatan sedikit turun menjadi 433, jumlah peserta meningkat drastis menjadi 12.844 orang.
Lonjakan tajam terjadi pada 2024, dengan 757 kegiatan pelatihan dan total 19.818 peserta. Sementara Januari hingga Mei 2025, sudah ada 168 kegiatan pelatihan dengan 3.844 peserta.
“Lonjakan ini tidak hanya mencerminkan peningkatan kuantitas, tapi juga kualitas dan jangkauan materi pelatihan,” katanya.
Selain pelatihan internal, KAI juga memberikan kesempatan kepada pekerjanya untuk mengikuti pendidikan lanjutan melalui program tugas belajar. Hingga saat ini, tercatat 169 pekerja tengah menempuh pendidikan jenjang S1 dan S2 di perguruan tinggi ternama, baik dalam maupun luar negeri.
“Program ini menjadi simbol bahwa di KAI, belajar tidak berhenti setelah direkrut tapi justru sebuah permulaan,” kata Rosma.
Khusus bagi talenta muda, KAI menyediakan Young Leadership Development Program sebagai jalur percepatan karier untuk mencetak pemimpin masa depan. Proses seleksinya pun sangat kompetitif, menyaring kandidat terbaik dari berbagai penjuru Indonesia.
Daya tarik KAI sebagai tempat berkarier bukan hanya karena skala perusahaannya, tetapi juga karena kualitas lingkungan kerja yang ditawarkan. Para pekerja menerima kompensasi yang kompetitif, mulai dari gaji pokok hingga tunjangan perawatan, uang makan, uang perjalanan dinas, serta bonus berbasis kinerja.
Perusahaan juga menyediakan fasilitas tambahan seperti jaminan kesehatan, parental leave, program penghargaan, fasilitas daycare, dan reduksi tarif kereta untuk pekerja dan keluarganya. KAI juga membangun jalur pengembangan karier yang jelas dan progresif.
Program-program seperti short course, internship di dalam dan luar negeri, mentoring profesional, serta pelatihan keselamatan berkelanjutan, menjadi bagian dari sistem peningkatan kapasitas SDM yang menyeluruh. Tidak hanya untuk pekerja baru, tetapi juga bagi mereka yang telah lama mengabdi.
“Di KAI, setiap orang diberi ruang untuk bertumbuh. Kami ingin menciptakan lingkungan di mana pekerja tidak hanya bekerja, tapi merasa dihargai, didukung, dan diberdayakan,” tutur Rosma.