Jawa Barat Bakal Ciptakan Sepuluh CEO di Setiap Perguruan Tinggi

marketeers article
58485363 group of happy teen high school students outdoors

Mencakup 20% dari keseluruhan wilayah Indonesia, Jawa Barat (Jabar) memegang peran penting dalam memacu roda perekonomian bangsa. Didominasi oleh pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah alias UMKM (98,5%), persoalan akses penjualan dan pemasaran masih menjadi rintangan bagi para pemain. Menjawab hal ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar berencana menciptakan 10 CEO per Perguruan Tinggi yang ada di Jabar.

Bukan soal produktivitas, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan persoalan utama pelaku UMKM di Jabar adalah akses penjualan dan pemasaran. “Produk ada yang membuat, namun tidak ada yang menjual dan memasarkan,” ujar Ridwan di Bandung, Sabtu (27/10/2018).

Pemprov Jabar kemudian bekerjasama dengan Indonesia Marketing Association (IMA) untuk mencari list of product yang laku di pasaran. Setelah demand ditemukan, Pemprov akan membentuk perusahaan di desa-desa yang sesuai atau potensial memproduksi produk tersebut.

“CEO-nya adalah para fresh graduate. Saya akan bekerjasama dengan perguruan-perguruan tinggi di Jabar. Sepuluh orang per perguruan tinggi. Ada sekitar 300 perguruan tinggi di Jabar berarti sejauh ini sudah ada 3.000 CEO yang akan diberi modal hingga dua atau tiga tahun ke depan. Mereka akan diminta untuk membangun potensi desa,” jelas Ridwan.

Persoalannya, bagaimana mem-branding desa sebagai lokasi yang “keren” bagi anak muda untuk membangun bisnis?

Ridwan mengakui saat ini memang banyak anak petani yang tak lagi ingin menjadi petani. Banyak anak-anak muda di desa yang memilih bekerja di pabrik di perkotaan, dibandingkan harus membangun bisnis di desa. Branding ini yang ingin diubah pemrpv Jabar.

“Sekarang kami ingin membuat anak desa merasa keren tinggal di desa. Mereka go digital. Terkoneksi seperti orang kokta. Meski mereka berbisnis di desa namun terkoneksi secara global,” papar Ridwan.

Para fresh-graduate yang terpilih menjadi CEO ini akan diminta mengelola bisnis di desa-desa di Jabar. Jika desa tersebut berpotensi, maka produk yang dikembangkan berupa produk desa, seperti pertanian, pariwisata, dan lain-lain. Sementara jika desa tersebut kurang berpotensi, maka akan dijadikan rumah produksi.

“Di Cirebon ada desa gersang yang sekarang sudah makmur berkat anak-anak muda yang mengembangkan bisnis memilah sampah di sana. Sekarang ibu-ibu di sana mendapat gaji Rp 3 juta per bulan sehingga warga sekitar tidak perlu pindah ke kota untuk mendapat income yang lebih besar,” jelas Ridwan mencontohkan.

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS