Kelestarian Budaya Betawi Ramaikan The 13th Annual Jakarta Marketing Week 2025

marketeers article
The 13th Annual Jakarta Marketing Week (JAKMW) 2025 sesi Betawi Signature, From the Heart of Jakarta. (Dok. Marketeers/Vedhit)

The 13th Annual Jakarta Marketing Week (JAKMW) 2025 menyoroti budaya Betawi sebagai langkah pelestarian identitas budaya Jakarta. Melalui tema “Betawi Signature, From the Heart of Jakarta”, sesi ini menampilkan tarian adat Betawi.

Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan eksistensi budaya Betawi agar tetap relevan di tengah perkembangan kota. Masyarakat dan generasi muda dilibatkan dalam pelestarian melalui pertunjukan seni.

BACA JUGA: Sinopsis Gundik, Film Horor Komedi yang Kental Budaya Lokal

Sachin Gopalan, Festival Chairman of IndoFringe menilai pelestarian budaya lokal merupakan kunci membangun karakter kota.

“Budaya ini harus bisa terlihat dan tampil di mana-mana, misalnya di luar kota di Indonesia, kami bisa berkolaborasi,” katanya saat JAKMW 2025 di Grand Atrium Mall Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, Rabu (21/5/2025).

Budaya Betawi dianggap sebagai identitas Jakarta yang belum sepenuhnya mendapatkan ruang ekspresi. Melalui festival, penyelenggara dapat membuka ruang rutin agar budaya lokal terus ditampilkan setiap pekan atau bulan.

Pelibatan UKM dalam penyajian kuliner juga menjadi cara untuk menyentuh masyarakat luas. Makanan khas Betawi dijajakan sebagai medium edukasi dan pelestarian warisan rasa yang khas Jakarta.

Tarian dan adat Betawi turut dipertontonkan untuk menunjukkan nilai filosofis dari budaya tersebut. Perpaduan pertunjukan ini diposisikan sebagai bagian dari narasi perjalanan budaya Jakarta.

Menurutnya, festival bukan sekadar perayaan, tapi juga upaya konkret menjadikan budaya Betawi sebagai bagian dari strategi pemasaran kota. Dalam konteks pemasaran daerah, budaya lokal menjadi keunggulan kompetitif yang otentik.

“Melalui pendekatan ini, Jakarta Marketing Week membuka peluang kolaborasi antara pelaku seni, komunitas budaya, dan sektor bisnis. Langkah ini penting untuk menciptakan ekosistem yang mendukung keberlanjutan budaya,” ujarnya.

Dia menambahkan kolaborasi ini terinspirasi dari pendekatan Hermawan Kartajaya dalam membangun citra Indonesia lewat pemasaran strategis. Konsep ini digunakan untuk mendorong agar budaya Betawi tidak hanya dikenal secara lokal, tapi juga diakui secara nasional.

“JAKMW 2025 juga menjadi ajang pertukaran ide lintas sektor untuk memposisikan Jakarta sebagai kota yang menghargai akar budayanya. Pengunjung yang hadir tidak hanya menyaksikan pertunjukan, tetapi ikut belajar nilai-nilai dari budaya Betawi,” ujarnya.

BACA JUGA: Cara iForte Bangun Relevansi Brand Lewat Parade Budaya

Festival juga membuka kemungkinan untuk replikasi di kota lain sebagai cara memperkenalkan Jakarta melalui budayanya. Hal ini menjadi bagian dari strategi memperkuat branding Jakarta dengan pendekatan budaya.

“Kami ingin masyarakat bisa melihat filosofi budaya Betawi secara utuh. Setiap minggu atau bulan harus ada festival yang bisa menampilkan budaya tersebut,” tutur Sachin.

Editor: Ranto Rajagukguk

award
SPSAwArDS