Microsoft, perusahaan teknologi asal Amerika Serikat (AS) bakal melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 3% karyawannya atau sebanyak 6.000 orang. Keputusan ini diambil lantaran perusahaan ingin menekan biaya sekaligus menyalurkan miliaran dolar untuk investasi ambisius di bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Pemangkasan ini akan dilakukan di semua tingkatan dan geografis dan kemungkinan merupakan yang terbesar sejak Microsoft memberhentikan 10.000 karyawan pada tahun 2023. Perusahaan telah memberhentikan sejumlah kecil staf pada bulan Januari karena masalah terkait kinerja, tetapi pemangkasan baru ini tidak terkait dengan hal itu.
BACA JUGA: Microsoft Investasi Rp 27 Triliun, RI Bakal Jadi Kekuatan Digital Baru di ASEAN
“Kami terus menerapkan perubahan organisasi yang diperlukan untuk memposisikan perusahaan agar sukses di pasar yang dinamis,” kata juru bicara Microsoft dilansir dari Reuters, Rabu (14/5/2025).
Perusahaan yang memiliki 228 ribu pekerja pada Juni tahun lalu, secara teratur melakukan PHK untuk memprioritaskan staf di area fokus utamanya. Langkah ini dilakukan beberapa minggu setelah Microsoft membukukan pertumbuhan yang lebih kuat dari perkiraan dalam bisnis komputasi awan Azure dan hasil yang luar biasa pada kuartal terakhir.
BACA JUGA: Bangun Infrastruktur Cloud dan AI, Microsoft Investasikan US$ 1,7 Miliar di Indonesia
Bahkan kinerja tersebut menenangkan kekhawatiran investor dalam ekonomi yang tidak menentu. Kendati demikian, biaya untuk meningkatkan infrastruktur AI telah membebani profitabilitas, dengan margin Microsoft Cloud yang menyempit menjadi 69% pada kuartal I tahun 2025 dibandingkan tahun lalu sebesar 72%.
Microsoft telah mengalokasikan US$ 80 miliar untuk belanja modal pada tahun fiskal ini, yang sebagian besar ditujukan untuk memperluas pusat data guna mengurangi kemacetan kapasitas untuk layanan kecerdasan buatan.
Di sisi lain, Gil Luria, Analis D.A. Davidson mengatakan, PHK tersebut menunjukkan bahwa Microsoft sangat cermat mengelola tekanan margin yang disebabkan oleh investasi AI yang meningkat. Dia percaya, setiap tahun perusahaan ini terus berinvestasi mengembangkan AI.
“Microsoft perlu mengurangi jumlah karyawan setidaknya 10.000 orang untuk menutupi tingkat penyusutan yang lebih tinggi karena belanja modal mereka,” katanya.