Kenali Lima Mitos Perawatan Tubuh Pria

marketeers article
Ilustrasi: 123RF

Dunia perawatan kulit dan wajah bukan hanya dimiliki kaum Hawa, melainkan juga Adam. Terlebih, di tengah perkembangan gaya hidup saat ini. Faktanya, masih ada sejumlah mitos yang justru membuat para pria ragu untuk melakukan perawatan ini.

Bersama Dokter Tompi, Co-Founder MEN/O/LOGY by ZAP, Marketeers mengupas lima mitos yang kerap menghantui para pria untuk merawat kulit dan wajah. Kira-kira, benar atau salah ya?

Pria yang merawat diri tidak maskulin

“Merawat diri seperlunya tidak akan pernah mengubah pria menjadi perempuan. Memang, banyak pria yang malas atau canggung merawat diri karena takut terlihat terlalu feminin. Padahal, cara tersebut dapat menjadikan pria lebih gentleman,” kata Tompi di Jakarta, Senin (08/07/2019).

Paling tidak, Tompi mengatakan, seorang pria harus mengetahui cara membersihkan dan melindungi kulit wajah.

Penggunaan tabir surya setiap hari menjadi kewajiban, terlebih di Indonesia. Tak hanya itu, pria pun perlu menggunakan pelembab untuk memberi nutrisi pada kulit. Usai beraktivitas, gunakan face wash sesuai dengan dengan tipe kulit wajah dan lakukan exfoliate menggunakan face scrub sekitar dua kali seminggu.

Pria yang merokok lebih cepat tua

Rokok megandung ribuan zat berbahaya yang dapat membuat kulit kekurangan oksigen dan nutrisi. Hal ini berdampak pada kerusakan kolagen dan berkurangnya elastisitas kulit.

Tak heran, jika kulit pria perokok lebih cepat kendur, keriput, dan cepat terlihat tua. Perokok biasanya memiliki smoker’s line di sekitar mulut yang timbul dari seringnya menghisap rokok secara berulang-ulang.

“Sebenarnya keriput pada pria muncul lebih lambat dibandingkan perempuan. Namun, jika pria sudah menjadi perokok kelas berat, jangan heran kalau mereka jadi terlihat lebih cepat tua. Perokok juga rentan terkena kanker kulit, salah satunya karsinoma sel skuamosa yang biasa muncul di sekitar mulut,” terang Tompi.

Pria harus sering mencuci dibandingkan perempuan

Kebalikan dari pria yang cuek, sebagian pria justru insecure dengan kondisi wajah mereka. Mitos di masyarakat mengatakan, pria harus sering mencuci muka lantaran jumlah produksi minyak yang lebih besar dari perempuan.

Faktanya, Tompi menjelaskan, mencuci muka terlalu sering dapat membuat wajah menjadi kering dan justru memicu produksi minya berlebih. “Jadi, maksimal cukup cuci wajah tiga kali sehari.”

Memang, akibat hormon testosteron, pria memiliki kulit wajah yang lebih tebal 20%-25% dibandingkan perempuan. Hormon tersebut membuat kelenjar sebasea pria bekerja dua kali lebih aktif dan membuat kulit pria menjadi lebih berminyak.

“Punya wajah yang lebih berminyak bukan berarti pria nggak butuh pakai pelembab. Pemakaian pelembab justru membantu wajah untuk mengatur produksi minyak dengan tidak memproduksi minyak berlebih. Sekarang ini banyak pelembab yang oil free,” lanjut Tompi.

Jerawat pada pria lebih sulit disembuhkan

Masih terkait dengan kulit wajah pria yang secara natural lebih berminyak, pria menjadi lebih rentan berjerawat. Hal ini disebabkan karena produksi minyak yang berlebih merupakan pemicu awal tumbuhnya komedo maupun jerawat.

Terkait masalah jerawat pada pria, Dokter Endi Novianto mengatakan, “jerawat membutuhkan perawatan yang lebih intensif. Semakin pria malas atau gengsi dalam merawat wajah, jerawat akan sulit untuk sembuh. Selain menggunakan produk anti jerawat, perlu diperhatikan untuk mengonsumsi makanan berminyak dan manis, serta kurangi begadang,” kata dokter Endi.

Sering menggunakan topi menyebabkan kebotakan

Salah satu mitos yang berkembang mengenai kebotakan adalah pengaruh pemakaian topi. Menurut Tompi, ada sejumlah faktor yang dapat menyebabkan pria mengalami kebotakan. Antara lain, penyakit, genetik, atau pun usia. Namun yang pasti, setiap kebotakan selalu diawali dari rambut yang rontok.

“Soal mitos topi sebagai penyebab kebotakan, perlu diperhatikan higienitas dan frekuensi memakai topi. Apabila Anda sangat fanatik memakai topi dan menggunakannya setiap hari dalam waktu yang lama, berbulan-bulan atau bertahun-tahun, rambut dapat rusak dan pada akhirnya menyebabkan kebotakan,” jelas Tompi.

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS