Kian Mesra, Perusahaan Korea SD Biosensor Bangun Pabrik di Indonesia

marketeers article

SD Biosensor baru saja meresmikan pabrik alat uji diagnostik kesehatan di Nagrog, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat pada Kamis (20/012022). Perusahaan asal Korea Selatan ini dikenal sebagai produsen dan penyedia alat diagnostik kesehatan yang sebagian produknya telah mendapatkan prakualifikasi WHO. Kehadiran pabrik ini sekaligus menjadi sinyal semakin mesranya hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan. 

Bermitra dengan perusahaan nasional PT Standard Biosensor Healthcare, pembangunan pabrik SD Biosensor di Indonesia ditujukan untuk memenuhi permintaan akan produk atau alat diagnostik kesehatan dalam negeri. Kehadiran pabrik ini juga menjadi wadah untuk bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam memperbaiki dan mengembangkan pelayanan kesehatan di Indonesia.

“​​Pabrik ini didirikan sebagai bentuk tanggung jawab kepada masyarakat Indonesia dan membantu pemerintah dalam menangani isu kesehatan. Rencananya, Biosensor akan menggunakan kandungan lokal yang tentunya akan memajukan perekonomian Indonesia,” ujar Kisenda Wiranatakusumah, Komisaris PT Standard Biosensor Healthcare saat acara peluncuran.

Kehadiran investasi ini juga akan menjadikan Indonesia sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memiliki pabrik alat diagnostik kesehatan dengan lini produk dan tahapan proses produksi terlengkap. Nantinya, pabrik ini akan memproduksi alat diagnostik buatan dalam negeri seperti Rapid Test Antibodi, Antigen, serta PCR test dengan teknologi baru. Kapasitas pabrik ini juga akan terus ditingkatkan secara bertahap setiap tahunnya. 

Tercatat, pabrik seluas 6.000 meter persegi ini mampu memproduksi 100 juta alat tes per tahunnya. Dibangun sejak Desember 2019 hingga Maret 2021, pabrik ini berdiri di atas lahan seluas 16 ribu meter persegi. Dengan kemampuan tersebut, perusahaan menempatkan Indonesia sebagai basis produksi terbesar kedua di luar Korea Selatan.

“Perusahaan juga berkomitmen untuk menjadikan Indonesia sebagai sentra produksi di Asia Tenggara,” ujar Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin yang juga hadir meresmikan pabrik ini.

Chairman SD Biosensor Cho Youngshik menyatakan, kehadiran SD Biosensor di Indonesia telah mempertimbangkan berbagai aspek, seperti keandalan teknologi, kondisi pasar serta berbagai tantangan kesehatan yang dihadapi Indonesia. Tak hanya untuk berkontribusi dalam mengatasi masalah kesehatan di Indonesia, kehadiran pabrik SD Biosensor juga bertujuan untuk menjalin hubungan kerja sama yang lebih erat antara Korea dan Indonesia.

Tidak ingin seperti kebanyakan produk diagnostik kesehatan lain yang beredar di Indonesia, SD Biosensor dan PT Standard Biosensor Healthcare bertekad untuk melakukan lokalisasi produk dengan teknologi Korea. Kedua perusahaan juga akan memproduksi alat diagnostik kesehatan dari bahan baku sampai produk jadi, dan bukan​ membuat produk impor setengah jadi atau produk rakitan.

Untuk saat ini, bahan baku utama alat diagnostik yang diproduksi masih diimpor dari Korea Selatan. Namun dalam lima tahun kedepan, kedua perusahaan menargetkan akan membangun pusat pengembangan dan penelitian (R&D center) sendiri yang akan bekerjasama dengan berbagai universitas, lembaga pendidikan kesehatan dan lembaga kesehatan di Indonesia dalam mengembangkan alat diagnostik dengan strain khusus Indonesia dan memproduksi bahan baku secara mandiri.

“Agar dapat berkembang menjadi mitra yang baik di masa yang akan datang. Kami berharap dapat menjadi perusahaan yang dapat memberi banyak kontribusi,” tutup Cho Youngshik.

Related

award
SPSAwArDS