Kinerja Cemerlang, Apa Strategi BCA?

marketeers article

PT Bank Central Asia Tbk kembali mencatatkan kinerja yang gemilang. Di sepanjang 2018 lalu, BCA menorehkan pertumbuhan laba bersih 10,9% menjadi Rp 25,9 triliun. Pendapatan operasional bank yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan operasional naik 10,6% menjadi Rp 63 triliun.

Pada tahun lalu, portofolio kredit BCA naik 15,1% menjadi Rp 538 triliun. Perinciannya kredit korporasi naik 20,4% menjadi Rp 213,3 triliun, kredit komersial dan UKM naik 13,4% menjadi Rp 183,8 triliun, kredit konsumer naik 9,7% menjadi Rp 140,8 triliun, dan kartu kredit naik 11,8% menjadi Rp 12,9 triliun.

Sementara rasio kredit bermasalah atau non-perfoming loan (NPL) bertengger di angka 1,4%. Rasio cadangan terhadap NPL mencapai 178,7%. Adapun dana giro dan tabungan (CASA) naik masing-masing 10,3% menjadi Rp 166,8 triliun dan 8,1% menjadi Rp 316,2 triliun. Total dana pihak ketiga (DPK) tercatat naik 8,4% menjadi Rp 629,8 triliun.

Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk mengatakan, tahun ini tidak akan memasang target yang tinggi untuk pertumbuhan kredit. Pasalnya, kredit harus tumbuh secara prudence. “Makanya kami tidak boleh membuat target yang aduhai. Kredit adalah seni. Ketika naik, maka kami tetap was-was. Targetnya sekitar 8%-9% untuk tahun ini,” katanya.

Yang jelas, likuiditas BCA masih terbilang longgar. Jika rata-rata Loan Deposit Ratio (LDR) rata-rata perbankan di angka 93%an, BCA hanya bertengger di angka 81,6%. “Jika ada permintaan kredit yang baik, maka kami penuhi. CAR kami juga baik,” katanya.

Dari semua segmen, korporasi menjadi kredit yang memiliki pertumbuhan tinggi. Jahja melihat hal ini menunjukkan bahwa pemain dari dunia korporasi memiliki optimisme yang tinggi terhadap perekonomian Indonesia. Sedangkan dari sisi konsumer, BCA memang terbilang agresif melakukan berbagai strategi marketing. Misal saja ajang Expoversary.

“Ada sekitar 4.400 mobil dan 1400 KPR yang terjadi. Nasabah tetap mau menggunakan fasilitas KKB dan KPR jika kami memasang right price untuk bunga. Jadi demand-nya masih ada,” katanya.

Lantas apa strategi BCA menaikkan DPK? Jahja mengatakan bahwa banyak financial technology yang menggunakan jasa BCA ketika menghimpun dana. Dan, siapa sangka hal itulah yang membuat DPK BCA masih bisa tumbuh meski tidak menawarkan bunga yang istimewa. “Fintech buka rekening di kami. Mereka punya rekening koran. Jadi, memang ada new business. Dan, mereka menaruh dalam bentuk tabungan atau giro,” kata Jahja.

Sebuah hal yang menarik, BCA melihat terjadinya pergeseran tren nasabah. Secara volume, sekitar 98% transaksi yang terjadi di BCA sudah beralih ke digital. Sedangkan sisanya masih mengandalkan cabang tradisional. Namun, jika dilihat secara nilai, transaksi di cabang tradisional masih berkontribusi sebanyak 54%. “Kami menjawab semuanya. Sebab, segmen nasabah memang ada dua, yaitu yang mengerti teknologi dan tradisional. Semua tetap kami rangkul,” kata Jahja.

Related

award
SPSAwArDS