Kisah Big Cola Jadi Kuda Hitam di Pasar Minuman Berkarbonasi

marketeers article

Pasar minuman berkarbonasi di Indonesia sudah lama dikuasai oleh Coca-Cola Company. Namun, sejak tahun 2010, Coca-Cola mulai dibuat ketar-ketir dengan kehadiran Big Cola. Kemunculannya mendobrak persepsi masyarakat yang menganggap minuman berkarbonasi itu mahal. Menawarkan cola dengan ukuran kemasan 535 ml seharga Rp 3.000, Big Cola mencuri perhatian pasar. Bahkan, Coca-Cola pun rela memangkas harga untuk meladeni serangan dari Big Cola tersebut.

Big Cola merupakan produk dari AJE Group yang bermarkas di Spanyol. PT AJE Indonesia memproduksi dan memasarkan produk ini di wilayah Indonesia. Memulai dengan tiga rasa, Big Cola bergerilya menghancurkan pertahanan kompetitor. Cola, stroberi dan melon menjadi rasa pembuka sebelum akhirnya menyuguhkan rasa anggur, jeruk, dan lemon belakangan ini.

Di awal kemunculannya, Big Cola tak menyentuh kegiatan pemasaran secara above the line atau beriklan lewat media massa. Aswan Nasution, Commercial Director PT AJE Indonesia mengakui biaya promosi Big Cola di awal hanya 3 % dari total pengeluaran. “Kami hanya menempel pamflet di sudut-sudut jalan,” ujar Aswan di Jakarta, Selasa (14/4/2015).

Distribusi menjadi kekuatan utama Big Cola menggempur pasar di awal kemunculannya. Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya menjadi fokus distribusi Big Cola kala itu. Aswan mengenang sulitnya Big Cola menembus pasar wholesale. “Kalau ada permintaan dari ritel, barulah mau wholesale,” kenang Aswan. Penjualan langsung pun dilakukan dalam rangka memperkenalkan Big Cola lebih luas lagi. 

Ternyata, respons masyarakat sangatlah baik. Pada Desember 2011, Big Cola telah mencapai break even point (BEP). Barulah pada tahun tersebut, Big Cola meluncurkan iklan di layar kaca. Sadar dengan kekuatan harga yang ditawarkan, Big Cola berkomunikasi secara hard sell.

Pada tahun 2012, Big Cola sukses merebut 27 % pasar minuman berkarbonasi di Indonesia. Pada tahun 2015 ini, Big Cola mengklaim sudah menguasai 45 % pangsa pasar. Angka ini hampir membalap Coca-Cola yang harus puas dengan 52 % pangsa pasar. Penjualan Big Cola terus mengalami pertumbuhan. “Penjualan Big Cola tumbuh 14 % pada tahun ini,” ungkap Aswan.  

Related

award
SPSAwArDS