Laina Greene: Perempuan Jadi Kunci Mengakhiri Kemiskinan

marketeers article

Persoalan kemiskinan masih menghantui dunia yang sudah sangat terkoneksi seperti sekarang. Tak serta merta, kehadiran teknologi canggih mampu menghapus kemiskinan itu dari muka bumi. Meski dunia terus berubah cepat, kemiskinan masih saja tetap ada.

Soal kemiskinan inilah yang menjadi perhatian dari Laina Raveendran Greene, Pendiri GETIT, Inc, sebuah perusahaan konsultan marketing yang berbasis di Silicon Valley. Laina juga menjadi co-founder dari Angels of Impact, sebuah jejaring untuk entrepreneur sosial perempuan yang fokus mengangkat masalah kemiskinan.

Dalam buku terbarunya berjudul Sustainable Impact, How Women Are Key to Ending Poverty (Partridge, 2017), Laina menekankan peran perempuan yang berjiwa entrepreneur untuk mengentaskan masalah sosial ini. Ia memperkenalkan istilah feminisasi kemiskinan (feminisation of poverty) dan ia mau menyadarkan bahwa dalam setiap kemiskinan, perempuan selalu menjadi korban. Namun, sebagai korban, perempuan memiliki kekuatan untuk bangkit.

“Kemiskinan global itu sangatlah besar. Hampir setengah dari populasi dunia, sekitar 2,8 miliar orang, hidup hanya dengan US$ 2 per hari. Namun, jangan putus asa dan sekaligus bersikap rendah hati. Dengan ini, kita bisa memahami persoalan secara nyata dan menemukan solusi terbaiknya. Yang penting kita bertindak, sekecil apa pun karena tanpa aksi, tak akan ada dampak apa-apa. Aksi kecil bisa menghasilkan dampak yang besar,” ujar Laina.

Laina menegaskan, pihak yang paling menjadi korban dalam kemiskinan adalah perempuan. Mereka menjadi pihak yang paling menderita. Keterbatasan membuat mereka harus berjuang keras ketika sedang hamil untuk menjaga kesehatan janin dan dirinya. Feminisasi kemiskinan ini tak jarang membuat dirampasnya hak-hak perempuan, seperti hak atas tubuhnya sendiri, anak-anak, hak atas pendidikan, dan kebebasannya.

Apa hubungannya antara peran perempuan dan pengentasan kemiskinan? “Perempuan memiliki peran lebih besar ketimbang laki-laki dalam mengurangi kemiskinan. Saat perempuan memiliki akses uang, mereka cenderung akan mengelolanya demi kesehatan dan kesejahteraan keluarga. Para lelaki jangan merasa terpinggirkan dengan pernyataan saya ini. Saya hanya mau bilang, bila ingin mengakhiri kemiskinan, kita harus fokus pada mayoritas dari orang miskin, yakni kaum perempuan,” kata Laina.

UNDP (United Nations Development Programme), sambung Laina, menemukan fakta bahwa ketika perempuan mengontrol pendapatan keluarga, dampak pada kesehatan anak-anak dua puluh kali lebih besar ketimbang laki-laki yang mengontrol pendapatan tersebut. Kajian yang berbeda mengatakan, ketika perempuan punya kontrol atas sumber daya, kaitannya seperti berikut: kesehatan anak-anak pra sekolah meningkat pesat (Bangladesh); pemanfaatan kelambu antinyamuk di kawasan riskan malaria (Benin); anak-anak memiliki gizi lebih baik (Brazil); anak-anak terjamin vaksinasi (India), dan sebagainya.

“Investasi pada perempuan memiliki dampak besar. Bayangkan saja, jumlah perempuan itu 16% lebih sedikit dari lelaki yang mengakses Internet. Apabila ada tambahan 600 juta perempuan yang mengakses Internet dalam tiga tahun ke depan, GDP lintas 144 negara berkembang bisa terdongkrak menjadi US$ 13-18 miliar,” katanya.

Laina menambahkan, investasi pada perempuan adalah investasi masa depan. Grameen Bank, misalnya, memiliki keanggotan secara eksklusif yang didominasi oleh perempuan. Di sana, perempuan berinvestasi demi kehidupan keluarganya. Laina menyebut, di Silicon Valley, perusahaan yang dimiliki dan dikelola perempuan, memiliki tingkat Return of Investment 35% lebih tinggi dan mampu membawa 12% pendapatan lebih tinggi ketimbang perusahaan teknologi yang dimiliki oleh laki-laki.

Mengutip Bill Gates, Lainda mengatakan, menempatkan perempuan di “jantung” Bill & Melinda Foundation merupakan langkah cerdas. Katanya, memberdayakan perempuan dalam rangka mentransformasi hidup mereka merupakan satu investasi tercerdas yang bisa dibuat di yayasan nirlaba tersebut. Sebab itu, investasi pada perempuan merupakan investasi signifikan untuk mengakhiri kemiskinan.

Asal tahu saja, Laina Grenee akan meluncurkan buku barunya ini pada The 3rd ASEAN Marketing Summit yang akan digelar di The Raffles Jakarta, Kamis, 7 September mendatang.

Bagaimana pendapat Anda?

*Tulisan ini merupakan bagian dari serial Road to The 3rd ASEAN Marketing Summit bertajuk “ASEAN & INDONESIA: Opportunities from the East” yang akan digelar pada Kamis, 7 September 2017 di The Raffles Jakarta, Indonesia. Info selengkapnya: www.aseanmarketingsummit.com

Related

award
SPSAwArDS