Luhut: Arab dan World Bank Ingin Investasi US$ 1,2 Miliar di Indonesia

marketeers article
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan. Sumber gambar: Humas Menko Marves.

Pemerintah terus berupaya untuk menjadi yang terdepan dalam mengurangi emisi gas karbon atau net zero emission dengan membangun ekonomi sirkular. Upaya tersebut telah menjadi perhatian internasional melalui dukungan investasi.

Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) mengklaim pembangunan ekonomi sirkular dilirik banyak investor. Di antaranya seperti Arab Saudi dan World Bank atau Bank Dunia.

BACA JUGA: Luhut: Semua Produsen Mobil Listrik Akan Investasi di Indonesia

“Semua ingin datang investasi, Arab Saudi ingin investasi hampir US$ 800 juta kemudian dari World Bank US$ 400 juta. Jadi semua harus bekerja sama karena ini bukan pekerjaan satu orang saja,” kata Luhut dalam acara peresmian pabrik daur ulang botol plastik Coca-Cola di Kawasan Industri Cikarang, Jawa Barat, Rabu (8/2/2023).

Menurutnya, ketertarikan Arab Saudi dan World Bank berinvestasi untuk ekonomi hijau setelah pemerintah sukses melakukan replanting mangrove pada tahun 2022. Tercatat, hutan mangrove seluas 600.000 hektare (Ha) berhasil dihijaukan kembali.

Hutan mangrove sendiri dapat berguna untuk penyerapan emisi gas karbon yang dihasilkan oleh industri dan kendaraan bermotor. Indonesia memiliki hutan mangrove terluas dengan total 3,2 juta Ha atau setara 22,4% dari total luas hutan mangrove dunia.

BACA JUGA: Luhut Ungkap Aset Laut Dunia Bernilai US$ 24 Triliun

Tak hanya itu, Luhut menyebut komitmen pemerintah membangun ekonomi sirkular tercermin pula dari rencana kerja yang akan menurunkan 70% sampah plastik laut untuk didaur ulang pada 2024. Hingga sekarang dia mengklaim pemerintah sudah mampu merealisasikan sebanyak 35,5%.

Luhut juga meminta para produsen minuman kemasan bisa memproduksi botol plastik yang ramah lingkungan. Salah satunya, yakni botol yang bisa terapung di laut. Sebab, selama ini botol plastik yang masuk ke laut selalu tenggelam sehingga sulit untuk dikumpulkan petugas.

“Saya ingin semua pabrik minuman membuat seperti ini baik yang berada di Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sehingga mengumpulkannya mudah. Kemudian kita bangun simpul dan sentranya yang terbesar, ini ekonomi sirkular sehingga anak-anak yang disekitarnya bisa memberikan manfaat ekonomi,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS