Maksimalkan Strategi Omni, Anteraja Integrasikan Tiap Elemen

marketeers article

Lahir sebagai digital native, tak lantas membuat perusahaan startup di bidang logistik Anteraja abai dengan sentuhan offline. Berkat kemampuan dalam menerapkan strategi omni, Anteraja mampu mengakselerasi pertumbuhan bisnis dalam waktu yang terhitung singkat.

Anteraja resmi beroperasi sejak Maret 2019. Semula merek ini hanya melayani area Jabodetabek dengan jumlah pengiriman empat paket per sehari. Namun, mereka berhasil membalikkan kondisi. Selama sepuluh bulan pertama, Anteraja berhasil melayani 70 ribu pengiriman paket dalam sehari.

Jumlah ini terus meningkat menjadi 150 ribu hingga 250 ribu paket per hari. Jika diakumulasi, Anteraja telah melayani 25 juta pengiriman paket di 30 provinsi di Indonesia sejak awal berdiri hingga hari ini. Lantas, apa yang menjadi strategi kunci bagi Anteraja?

CEO Anteraja Suyanto mengatakan, mereka menerapkan strategi omni dalam setiap aspek bisnis. Mulai dari sisi pemasaran, hingga layanan yang diberikan. Strategi ini juga diterapkan pada sisi organisasi perusahaan, hingga setiap individu di dalam perusahaan.

“Sebagai digital native, kami percaya jika teknologi dapat membantu menciptakan value yang berbeda. Kami memanfaatkan teknologi untuk mengubah customer experience. Menyeimbangkan sentuhan online dengan offline dapat membantu kami menjangkau lebih banyak konsumen,” ungkap Suyanto kepada Marketeers.

Anteraja pun berhasil menerima penghargaan Marketeers OMNI Brands of the Year 2020 atas kemampuan perusahaan tersebut dalam mengimplementasikan strategi omni.

Photo Credits: Anteraja

Anteraja menghadirkan model bisnis hybrid yang menggabungkan dua model bisnis logistik yang secara umum telah ada di pasar. Merek ini mengombinasikan aspek teknologi dan manusia dalam bisnis mereka.

Layanan pengiriman paket yang ditawarkan Anteraja memungkinkan konsumen, Satria (sebutan untuk kurir Anteraja), dan berbagai pihak yang terlibat dalam pengiriman paket untuk memantau status dan melacak keberadaan paket secara real-time, bukan sekadar online. Mekanisme ini bekerja ketika konsumen melakukan pengiriman melalui aplikasi Anteraja.

Setiap Satria Anteraja yang dibekali dengan handheld, printer, dan timbangan digital ketika akan mengambil paket di lokasi konsumen. Tanpa perlu repot menuliskan alamat pengiriman, secara otomatis alamat yang didaftarkan melalui aplikasi langsung tercetak. Ketika paket tersebut dipindai, secara otomatis informasi terkait paket tersebut langsung tampil secara real-time.

Meski mengedepankan penggunaan teknologi, eksistensi layanan offline tak diabaikan oleh Anteraja. Mereka menyediakan booth pada berbagai event yang sedang berjalan dengan membuka drop-off point.

Layanan ini memungkinkan konsumen mengirimkan paket saat event berlangsung. Selain itu, Anteraja juga memiliki program MitraAja dengan sistem keagenan yang memberikan pelayanan drop-off point bagi para konsumen. Program ini sekaligus membuka peluang bagi masyarakat untuk menambah pundi-pundi pendapatan.

Aspek manusia  menjadi hal yang tak kalah penting diperhatikan oleh Anteraja. Mereka percaya jika untuk menjadi sebuah perusahaan yang omni, maka hal ini harus didukung oleh aspek organisasi dan setiap individu di dalam perusahaan itu sendiri.

Photo Credits: Anteraja

Untuk itu, Anteraja telah mengedukasi para Satria agar dapat melakukan pelayanan sebaik mungkin kepada para konsumen. Sebutan Satria merupakan sebuah singkatan dari Sigap, Aman, Terpercaya, Ramah, Integritas, dan Amanah. Hakikat dari nilai-nilai inilah yang ingin ditanamkan Anteraja kepada kurir mereka, Satria. 

“Diferensiasi kami selain teknologi adalah para Satria dan karyawan kami yang membawa nilai-nilai baik ini untuk melayani para konsumen,” ungkap Suyanto.

Maksimalkan Kanal Pemasaran

Bagi Anteraja, memanfaatkan omnichannel untuk mempromosikan produk-produk baru dapat memungkinkan perusahaan meraup lebih banyak keuntungan.

Meskipun berstatus sebagai digital native, Anteraja tetap menjalankan berbagai aktivitas pemasaran offline. Titik-titik krusial, seperti perbatasan antara satu daerah dengan daerah lain dikepung Anteraja melalui iklan-iklan billboard. Car branding di kota-kota besar hingga portable hand-washer branding disasar untuk meningkatkan brand awareness.

Tak ketinggalan, aktivitas public relations di media-media offline turut digencarkan. Bahkan, sebelum pandemi COVID-19 datang, Anteraja agresif menjalankan berbagai on the ground event. Semua dilakukan untuk memaksimalkan setiap kanal pemasaran guna mendapatkan keuntungan.

Situasi pandemi COVID-19 tak menjadi penghalang bagi Anteraja untuk meneruskan strategi pemasaran offline yang telah berjalan. Offline event mereka, seperti lomba bersepeda misalnya, justru dikemas ke dalam bentuk omni. Karena tidak bisa menggelar acara secara offline, Anteraja  menghadirkan  ide kreatif Anteraja Virtual Ride Indonesia.

Photo Credits: 123rf

Lomba bersepeda online ini dapat dilakukan di mana saja oleh para peserta.  Para peserta hanya perlu mencapai jarak tempuh sesuai kategori yang tersedia selama masa periode lomba berlangsung. Anteraja juga mengirimkan racepack yang diantar langsung kepada para peserta oleh para Satria Anteraja.

Sudah tentu, strategi pemasaran digital juga selalu diperkuat Anteraja. Merek ini melakukan komunikasi pemasaran digital  melalui media sosial, e-magazine, e-mail blast, website, banner ads, Google Ads, Facebook Ads, aplikasi Anteraja, hingga berbagai platform e-Commerce. Para Key Opinion Leader (KOL) makro dan mikro digandeng. Bahkan, aktivitas co-branding bersama pelaku bisnis lain tak pernah absen dilakukan Anteraja.

“Kami percaya dengan memaksimalkan omnichannel, kami bisa menjangkau target market yang lebih luas yang mungkin tidak dapat kami temukan jika kami hanya bermain di salah satu kanal. Dunia offline dan online pada akhirnya perlu dikombinasikan,” tutup Suyanto.

Related

award
SPSAwArDS