Masa Depan Media Ada Pada Digital Plus TV

marketeers article
44876574 mobile tv isometric flat vector illustration. boy and girl sit on the sofa and watch tv set that looks like mobile phone.

Ada opini yang mengatakan bahwa televisi bakal mati dengan makin derasnya arus digitalisasi. Pendapat ini dibantah oleh Karaniya Dharmasaputra, President Direktur PT Liputan Enam Dot Com dengan mengatakan bahwa televisi akan tetap hidup, tapi terintegrasi dengan digital.

“Saat ini, kita berada di satu era di mana terjadi pergeseran konten media, dari yang berbasis teks menuju konten berbasis video. Ini yang terjadi selama satu hingga dua tahun terakhir ini,” ujar Karaniya Dharmasaputra, President Direktur PT Liputan Enam Dot Com.

Menurutnya, tren tersebut pernah diprediksi oleh pendiri Facebook Mark Zuckerberg dengan mengatakan megatren berikutnya adalah video. Ini menjadi tantangan bagi para pengelola media saat ini dikarenakan memproduksi video membutuhkan sumber daya yang berbeda dibanding memproduksi teks.

“Ini menjadi visi kami di Liputan6.com mengingat demand audiens sudah sangat jauh dan beragam. Artinya, video-video yang diunggan dalam format TV seperti biasanya justru tidak akan efektif. Video ini sekarang dikonsumsi di layar kecil smartphone. Ini menuntut pola produksi video yang berbeda. Apalagi, di kami, 80 sampai 90% trafik berasal dari mobile,” ujar Karaniya.

Karaniya optimistis terhadap media berbasis video ini. Ia meyakini, masa depan media ada pada digital plus televisi. “Saya tidak setuju dengan prediksi bahwa masa depan media hanya ada pada digital. Masa depan itu ada pada digital dan TV,” katanya.

Tantangan lainnya, sambung Karaniya, tuntutan-tuntutan audiens yang menginginkan produk tayangan yang lebih berkualitas. Karaniya menambahkan, pelaku media harus berusaha memeras otak untuk bisa menampilkan konten-konten yang kreatif sesuai dengan tuntutan tersebut. Salah satunya, bagaimana membuat konten berbasis video yang interaktif.

“Kalau ini bisa dilakukan, peluangnya besar sekali. Kita tahu bahwa kue iklan sampai sekarang masih didominasi televisi. Sementara, para pengelola brands, pemasang iklan, maupun agensi mulai bergerak ke sana,” imbuhnya.

Di konteks lebih luas, tren yang sama juga sedang terjadi. Karanita mengatakan, prediksi bahwa televisi akan mati dengan adanya arus digitalisasi tidaklah benar. Di negara-negara maju seperti di Eropa dan Amerika Serikat, sambung Karaniya, yang kualitas internetnya bagus, justru jumlah penonton televisinya naik.

Bila ditelaah lebih dalam, penonton televisi tersebut bisa dibagi menjadi dua, yakni linear TV dan non linear TV. Dalam linear TV, audiens menonton program-program yang secara linear sudah ditentukan oleh stasiun televisi. Sedangkan non linear TV, audiens bisa menonton kapan saja dengan TV on demand, catch up, dan sebagainya. Karaniya mengatakan, linear viewership menurun.

“Jadi, yang menjadi sumber kenaikan penonton adalah non linear viewership. Video on demand menjadi salah satu kuncinya. Apalagi smart TV sudah mulai ngetren dan pertumbuhannya besar. Belum lagi dengan perangkat smartphone yang terintegrasi dengan TV,” katanya.

Karaniya optimistis pada akhirnya kunci untuk bisa meraih masa depan di industri media adalah sinergi konten digital dengan televisi.

Related

award
SPSAwArDS