Tangkap Peluang Bisnis Batik, Ini Yang Dilakukan Agung Podomoro

marketeers article
19743563 batik painting on a white cloth process close up. indonesia

Pemilihan kanal penjualan atau yang biasa disebut kanal distribusi sangat penting diperhatikan untuk mendukung elemen pemasaran lainnya. Penentuan kanal yang tepat juga sangat memengaruhi penjualan. Biasanya, lokasi strategis yang sesuai dengan target pasar adalah faktor penentu apakah sebuah merek akan menjual di pasar tradisional, modern, online, atau kanal penjualan lainnya. Upaya ini pun berlaku untuk semua jenis produk. Begitu juga dengan produk Batik.

Batik sendiri merupakan ikon Indonesia dan telah menjadi warisan dunia yang perlu dilestarikan. Berbagai daerah di nusantara umumnya mempunyai motif batik tertentu. Di pulau Jawa, sudah banyak dikenal motif-motif batik daerah, seperti Pekalongan, Solo, Jogja, Madura, Garut, Cirebon, dan lain-lainnya.

Salah satu kendala dari perajin batik adalah membuka jalur pemasarannya. Di sisi lain, tidak banyak perusahaan yang peduli terhadap kelestarian batik ini. Dari sini, Agung Podomoro melalui mensinergikan delapan trade mall (TM) yang dimilikinya mencoba menjawab peluang tersebut.

“Kami sudah keliling ke berbagai sentra batik nusantara dan  terus mengajak UKM khususnya perajin dan pedagang batik untuk mengembangkan usahanya melalui berbagai trade mall. Khusus untuk batik, TM Agung Podomoro sudah bekerjasama dengan pengrajin batik Pekalongan, Solo, Madura, Jogja, dan Cirebon,” ujar Ho Mely Surjani, AVP Marketing TM Agung Podomoro.

Salah satu perajin batik Cirebon yang mengembangkan usahanya di trade mall adalah Ade Yosa (48 tahun). Ade tak menyangka usaha batiknya menjadi berkembang pesat dalam enam tahun belakangan ini. Sepuluh tahun lalu, bapak dua anak ini sudah cukup puas menghidupi keluarganya dengan menjadi perajin batik Cirebon di Kampung Trusmi. Kampung yang terkenal sebagai sentral produksi Batik Cirebonan, motif Trusmi.

Tahun 2010, dirinya termasuk dalam daftar pengusaha batik yang direkomendasikan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Cirebon untuk membuka kios di Trade Mall Thamrin City, Jakarta.

“TM Thamrin City ketika itu baru dibuka, saya diberi kios gratis selama satu tahun di Thamrin City oleh Agung Podomoro. Bersama dengan sekitar 32 pedagang lain dari Cirebon,” ujar Ade Yosa, di kiosnya bernama Adam Batik di Thamrin City Jakarta.

Dari situ, ia mulai mengembangkan usahanya. Mula-mula ia hanya mengambil batik jadi, dari pedagang-pedagang lain di kampungnya, untuk dijual di TM Thamrin City. Ia pun semakin kreatif dengan mengembangkan produksi batiknya sendiri dengan label Adam Batik. Sedangkan untuk bahan-bahan batiknya, ia datangkan langsung dari kampungnya Trusmi.

Di kiosnya, dijual beragam motif Batik Cirebonan. Dari kemeja batik cap seharga mulai Rp 150 ribu per potong, hingga kain batik tulis eksklusif seharga Rp 8 – 10 juta per lembar.

Kini, di kios Adam Batik tersedia aneka motif batik Cirebonan, seperti motif Megamendung yang merupakan batik khas Jawa Barat; Obinan yang merupakan hasil kreasi pembatik magang dari Jepang yang belajar di Kampung Trusmi; Apusan yang warna-warninya cerah; batik Sidomukti, dan lain-lain. Semuanya tersedia dari bentuk kain (bahan) hingga pakaian jadi seperti kemeja pria, gamis, blues, dress, aneka cindera mata motif batik, dan batik koleksi.

“Periode tahun 2011–2016 adalah puncaknya. Orang kembali menyukai batik. Ditambah, semakin banyak program promosi, workshop, dan pameran-pameran batik yang digelar beberapa pihak. Sejak itu, usaha batik saya semakin berkembang,” ujar Ade Yosa.

Kesuksesan Ade pun terendus oleh pengusaha batik lainnya. Jika di awal berdiri tahun 2010 baru ada sekitar 13 sentra batik yang bergabung di Pusat Batik Nusantara (PBN) TM Thamrin City, kini hampir semua corak dan gaya batik di seluruh Nusantara dapat ditemui di TM Thamrin City. Tak keliru jika dikatakan PBN bahwa TM Thamrin City kini dianggap telah menjadi pusat perdagangan batik terbesar di Indonesia.

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS