Memahami Perubahan Perilaku Wisatawan Tiongkok

marketeers article
59372343 paradise island, egypt february 12, 2016: chinese tourist blowing up the life jacket at the beach.

Target pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata untuk mendatangkan 12 juta wisatawan asing sampai akhir tahun 2016 ini nampaknya bisa menjadi kenyataan. Salah satu kantung wisatawan yang ingin diraih oleh pemerintah adalah wisatawan asal Tiongkok.

Menurut salah satu pelaku industri perhotelan di Bali Akhmad Fadholi selaku General Manager Four Points Seminyak, target pemerintan mendatangkan banyak wisatawan Tiongkok terbilang masuk akal.

“Minggu lalu saya bertemu dengan empat travel agent asal Tiongkok dan Taiwan. Mereka sangat mendukung dengan industri pariwisata di Indonesia,” ujar Akhmad.

Akhmad yang telah menggeluti industri perhotelan selama 19 tahun ini melihat ada perubahan sikap dan karakter dari wisawatan asal Tiongkok. Contohnya, dalam menghadapi musim libur Imlek, tak jarang pihak hotel menyediakan empat hingga lima penerjemah bahasa yang bisa Mandarin untuk melayani wisatawan asal Tiongkok.

Namun, dalam tiga tahun kebelakang, pihak hotel tidak perlu banyak-banyak langi mempekerjakan penerjemah bahasa. Pasalnya sekarang sudah banyak wisatawan Tiongkok yang pandai bahasa Inggris.

Selain itu, Akhmad mengingat bahwa kebiasaan wisatawan Tiongkok yang suka berbicara dengan nada yang tinggi. Bahkan, untuk memanggil rekannya yang berada di meja sebelah ketika sarapan pun harus sembari berteriak. Namun, kebiasaan itu sudah jarang ditemui di kalangan wisatawan Tiongkok.

“Saya salut dengan lokal agen wisata di sana. Kami beberapa kali memberikan masukan kepada lokal agen setempat dan mereka menerima sekaligus memberikan pemahaman kepada wisatawan asal Tiongkok tersebut. Itu masukkan sederhana dari kami pelaku wisata di sini kepada mereka. Sekarang, wisatawan Tiongkok sudah berubah banget perilakunya,” pungkas Akhmad.

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS