Menanti Debut Peritel Dubai Max Fashion

marketeers article

Di tengah harga dollar yang berjaya, industri ritel kembali kedatangan pemain baru. Adalah Max Fashion, ritel apparel asal Dubai yang telah membuka dua gerainya di Jakarta. Mampukah peritel Timur Tengah itu berhasil menangkap atensi konsumen tanah air?

Salah satu gerai berlokasi di Central Park, mal yang selalu meladeni seratus ribu orang per hari. Terletak di Lantai Upper Ground (UG) mal itu, ritel ini memuat sekitar 2.000 stock keeping unit, baik untuk pakaian anak-anak, remaja, hingga dewasa. Selain di Central Park, Max Fashion juga membuka gerai keduanya di Pondok Indah Mall pada Agustus lalu.

Indonesia menjadi negara kedua ekspansi Max Fashion di daratan Asia Tenggara. Tahun lalu, Max Fashion yang merupakan unit usaha ritel dari konglomerasi Arab-India, Landmark Group, telah membuka 12 gerai Max di Negeri Jiran Malaysia. Sehingga, sampai saat ini, total gerai telah mencapai 14 unit hanya dalam 14 bulan.

Group Director & Board Member Landmark Ramanathan Hariharan saat dijumpai Marketeers seusai peluncuran gerainya di Central Park menegaskan bahwa diferensiasi yang dibawa Max ke Indonesia adalah bahan pakaian berkualitas dengan harga terjangkau. Di ritelnya itu, konsumen bisa membeli produk jeans pria seharga Rp 170.000. Adapun rentan harga yang dijual mulai dari Rp 49.000 hingga Rp 379.000 per item.

“Konsep on budget kami hadirkan di Indonesia. Bisa dibilang, di ritel fesyen perkotaan, kami adalah yang paling terjangkau,” klaim dia.

Harga murah biasanya menjadi legitimasi peritel baru dalam meraih atensi konsumen. Apalagi, keinginan konsumen untuk membeli produk fesyen cenderung menurun. Alhasil, diskon menjadi penyelamat bagi pemain ritel untuk bertahan.

Akan tetapi, bagi Max, harga yang lebih terjangkau merupakan harga wajar. Pasalnya, jauh sebelum ia mengeppakan bisnisnya di Indonesia, Landmark Group telah banyak mendayagunakan pabrik dari para vendor lokal untuk memproduksi produknya.

“Kami seakan baru hadir di Indonesia saat ini. Padahal, grup kami yaitu Landmark telah berbisnis di Indonesia sejak empat puluh tahun lalu,” jelas dia.

Itu artinya, produk yang ada di Max Fashion saat ini sebagian berasal dari dalam negeri, sehingga hal itu yang membuat harga bisa ditekan. Berbeda dengan kebanyakan ritel fesyen seperti H&M atau Uniqlo yang mengimpor produk dari pabrik di negara lain, seperti Vietnam atau Bangladesh.

Anil Konidena, Director of Landmark Group SEA mengungkapkan, Max memiliki akses ke produsen, rantai pasok, dan sistem distribusi yang hemat biaya. Hal ini memberikan kemampuan Max untuk terus menawarkan gaya dan desain terbaru setiap minggunya dengan sedikit perantara, namun tetap relevan.

“Ketika ritel lain biasanya menaikkan harga margin 40%, kami hanya 15% karena kami memotong biaya yang tak perlu,” tutur dia.

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal BKPM Andi Maulana menyampaikan bahwa hadirnya Max di pasar ritel Indonesia menunjukkan negeri ini masih tetap menjanjikan bagi para peritel asing. Apalagi, banyak anggapan beberapa pihak mengenai lesunya pasar ritel offline karena tergerus peritel online.

“Selain itu, pilihan investasi di sektor fashion oleh investor Timur Tengah menunjukkan bahwa mereka mulai melakukan berbagai diversifikasi sektor tidak hanya di sektor migas,” imbuhnya.

Berdasarkan laporan BKPM, total investasi Landmark melalui Max Fashion di Indonesia senilai Rp 145 miliar.

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS