Mengenal Generasi Pandemial dan Risiko Ekonomi yang Dihadapinya

marketeers article
Young people in co-working creative space wearing surgical mask protection and keeping social distance to avoid corona virus spread Health care and business technology concept

Dampak kesehatan dari pandemi COVID-19 tentunya tidak perlu ditanyakan lagi. Namun, sektor lain yang juga mendapatkan dampak serta tantangan sangat besar adalah perekonomian. Tidak hanya dalam waktu jangka pendek atau selama pandemi berlangsung saja, nyatanya dampak jangka panjang pun harus diwaspadai masyarakat dunia.

World Economic Forum (WEF) bersama Zurich Insurance Group (Zurich) merilis laporan bertajuk Global Risks Report 2021 yang membahas tentang tantangan berat yang diperkirakan harus dihadapi generasi muda. Di dalam laporan ini, generasi muda yang melewati masa pandemi global ini disebut ‘generasi pandemial’.

“Tahun ini, kami menemukan bahwa pandemi telah menghadapkan generasi muda di seluruh dunia terhadap tantangan yang sangat besar. Kualitas hidup generasi muda merupakan hal yang sangat penting mengingat merekalah yang akan memimpin negeri pada 20 hingga 30 tahun mendatang. Situasi yang ada kian menantang dan semakin penting untuk ditangani,” ujar Direktur Utama Adira Insurance Hassan Karim.

Melalui laporan ini, WEF dan Zurich ingin melihat bagaimana prospek ekonomi dan kesehatan mental generasi pandemial. Terlebih lagi, pandemi ini banyak menyebabkan hilangnya berbagai peluang penting serta memunculkan kesenjangan digital.

Global Risks Report 2021 menemukan empat dampak utama bagi generasi pandemial tadi. Pertama, hilangnya peluang ekonomi dan kesempatan bekerja. Selama krisis pandemi berlangsung sekitar 3,5 juta orang di Indonesia kehilangan pekerjaannya.

Hal ini cukup berisiko bagi para pekerja muda. Pasalnya, bagi pekerja di rentang usia 18-20 tahun, menganggur selama satu bulan dapat menyebabkan hilangnya pendapatan secara permanen sebesar 2% di masa depan.

Kedua, risiko yang harus dihadapi adalah terhambatnya perkembangan mulai dari sisi akademik maupun keterampilan. Hal ini dikarenakan kurangnya interaksi sosial. Dalam jangka panjang, situasi tersebut dapat mempersulit pelajar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi bahkan pekerjaan.

Ketiga, kesenjangan digital yang bisa berdampak pada gap sosial dan ekonomi. Manfaat berbagai teknologi digital sudah bisa dirasakan masyarakat Indonesia. Namun, nyatanya tidak bisa dirasakan secara menyeluruh. Anak muda di perkotaan lebih cepat beradaptasi dengan laju digitalisasi sedangkan anak muda di kawasan pedesaan masih kesulitan dengan minimnya akses dan infrastruktur digital.

Keempat, kondisi kesehatan mental yang memburuk. Dampak ini telah memengaruhi hampir 80% di seluruh dunia. Mereka mengalami penurunan kondisi kesehatan mental akibat terbatasnya prospek ekonomi dan pendidikan tadi.

Untuk menangani dampak dan risiko yang ada, Zurich percaya bahwa investasi terhadap upaya peningkatan keterampilan dan pelatihan sumber daya manusia di usia muda serta penanganan kondisi kesehatan mental mereka perlu dilakukan dan menjadi fokus dalam proses pemulihan pascapandemi. Selain itu, generasi muda juga harus memiliki saluran untuk mereka bersuara dan memberikan kontribusi untuk pemulihan tersebut.

“Situasi ini adalah masalah kompleks yang tidak bisa diselesaikan secara individual. Para pemangku kepentingan harus bekerja sama mencari solusi untuk mencegah bencana masa depan bagi generasi muda,” tutup Hassan.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS