Menilik Budaya Bekerja Lepas di Indonesia

marketeers article
39665502 young man with tablet computer during tropical beach vacation

Freelance atau kerja lepas dinilai diperkirakan akan menjadi tren bekerja di masa depan. Centre of Reform on Economics (COREP menilai fenomena freelancer dapat memberikan dampak positif untuk perekonomian secara makro karena menciptakan lapangan kerja baru untuk masyarakat. Para pekerja bebas dinilai sebagai solusi keterbatasan lapangan pekerjaan dan menciptakan ekosistem ekonomi yang produktif.

Di Indonesia sendiri, jumlah pekerja lepas semakin meningkat setiap tahunnya. Dilansir dari data BPS, setidaknya 5,89 juta orang usia produktif di Indonesia bekerja secara bebas dari berbagai bidang pekerjaan.

Dari data yang dirilis oleh Sribulancer, Indonesia dinilai memiliki budaya freelance yang cukup unik. Per Mei 2019, Sebanyak 55 ribu orang pekerja lepas mengerjakan proyek dari bidang desain dan multimedia, menjadikan bidang ini yang terbesar di kancah pekerja lepas. Sementara itu, penulis konten ada di posisi kedua dengan jumlah pekerja lebih dari 15 ribu orang. Posisi buncit diisi oleh Legal Consultant dengan 138 orang yang bekerja secara lepas di bidang ini.

Jabodetabek menjadi daerah paling banyak ketersediaan tenaga kerja lepas dengan jumlah 53 ribu orang freelancer. Sementara itu, Bandung menjadi kota kedua dengan jumlah 12 ribu orang freelancer dan diikuti oleh Surabaya yang memiliki sembilan ribu orang feelancer.

Selain tidak terikat dengan peraturan perusahaan, faktor lain yang mendorong bekerja lepas terlihat sangat menarik adalah adanya hak bagi pekerja untuk menentukan load pekerjaannya. Dengan menyesuaikan dengan keinginan dan kemampuan, pekerja juga bisa mengatur jumlah kebutuhan dengan pendapatan yang diraih. Sribulancer mengungkapkan bahwa pendapatan rata-rata pekerja lepas per bulan hingga mencapai Rp 9,8 juta per satu jenis pekerjaan.

(Sumber: Sribulancer)

Related

award
SPSAwArDS