Menilik Tantangan Model Kemitraan dalam Bisnis Ojol

Perkembangan teknologi yang pesat telah melahirkan model bisnis berbasis platform, yang kini menjadi tulang punggung bagi banyak layanan digital, termasuk transportasi online.
Namun, di balik kesuksesannya, hubungan kemitraan antara perusahaan platform dan pengemudi ojek online (ojol) sering kali menyimpan tantangan tersendiri, terutama terkait dengan tata kelola dan keberlanjutan bisnis.
Baru-baru ini, ratusan pengemudi ojol yang tergabung dalam Koalisi Ojol Nasional (KON) menggelar demonstrasi di depan Kementerian Ketenagakerjaan. Aksi ini mencerminkan ketegangan dalam hubungan kemitraan ojol yang seharusnya fleksibel, namun justru menghadirkan ketidakpastian.
“Masalah kami bukan hanya kesejahteraan, tapi juga ketidakjelasan dalam kemitraan ojol ini. Komunikasi yang kurang terbuka membuat kami merasa diabaikan,” ujar Andi Kristianto, Ketua Presidium KON dalam keterangan resmi yang diterima Marketeers, Selasa (13/5/2025).
BACA JUGA: Bio Farma Tegaskan Komitmen Inklusivitas dalam Strategi Bisnis
Menurut Andi, ketidakpastian ini menjadi hambatan serius dalam menciptakan model bisnis yang stabil dan berkelanjutan. Para pengemudi ojol menuntut aturan yang jelas yang memberikan rasa aman bagi mitra ojol, bukan hanya janji belaka.
Dalam bisnis, kemitraan yang kokoh adalah kunci untuk membangun kepercayaan dan loyalitas. Teori stakeholder capitalism mengajarkan bahwa keberhasilan perusahaan tidak hanya diukur dari hasil finansial, tetapi juga dari kualitas hubungan dengan semua pihak terkait, termasuk mitra pengemudi ojol yang memainkan peran vital dalam operasional.
Perusahaan platform digital perlu mengevaluasi ulang model kemitraan mereka. Fleksibilitas berlebihan bisa merusak reputasi, sementara struktur yang kaku justru menghambat kemajuan.
Kemitraan harus dipandang sebagai hubungan jangka panjang yang perlu dikelola dengan bijak. Perusahaan yang mengadopsi pendekatan inklusif, yang mendukung kedua belah pihak, akan memiliki keunggulan dalam pasar yang semakin kompetitif.
BACA JUGA: Cara TCL Perkuat Posisi di Indonesia lewat Kemitraan dan Inovasi Produk
“Kami tahu dari awal, saat mendaftar, status kami adalah mitra, bukan karyawan. Tapi kami berharap, ada pengaturan yang jelas yang menjamin kemitraan ini adil dan seimbang,” kata Andi.
Keberlanjutan bisnis platform bergantung pada lebih dari sekadar teknologi, tetapi juga pada manajemen hubungan dengan mitra. Menyikapi isu ini dengan serius akan membantu perusahaan mempertahankan kelangsungan operasional dan meningkatkan kualitas layanan.
Sebuah kemitraan yang dikelola dengan baik menjadi fondasi kesuksesan jangka panjang dalam ekosistem digital yang terus berkembang.
Editor: Ranto Rajagukguk