Microsoft Bicara Artificial Intelligence di Hari Buruh

marketeers article

Kehadiran Artificial Intelligence (AI) tak bisa dipungkiri penuh dengan pro dan kontra. Di satu sisi, teknologi Revolusi Industri 4.0 ini memiliki sederet manfaat meski dikhawatirkan bakal menghapuskan sejumlah profesi dengan teknologi dan robot. Di Hari Buruh Internasional lalu, Microsoft sebagai pengembang AI pun angkat bicara perihal hal ini. Seperti apa?

Adopsi AI di Indonesia nampak mulai serius berkembang. Hal ini paling tidak ditandai dengan poin penting AI yang merupakan bagian dalam agenda nasional “Making Indonesia 4.0” yang diluncurkan Presiden Joko Widodo bulan lalu. Direktur Utama Microsoft Indonesia Haris Izmee mengatakan, AI memang memiliki segudang manfaat bagi perusahaan. Ia mencontohkan, perusahaan container global OOCL saja mampu menghemat $10 juta per tahun dengan penggunaan AI. Terhapusnya sejumlah profesi menurut Haris memang harus dihadapi.

“Kami kagum dengan manfaat AI, namun kami juga menyadari AI merupakan teknologi yang menggantikan sesuatu, terutama ketika berbicara mengenai fungsinya dalam menggantikan lapangan pekerjaan. Faktanya, topik penting pembicaraan yang muncul ketika saya bertemu dengan para pimpinan perusahaan dan pemerintahan di Asia Pasifik adalah pencabangan AI dalam tenaga kerja. Kita perlu melihat apakah AI lebih banyak membawa manfaat atau kekurangan,” jelas Haris di Jakarta, Rabu (02/05/2018).

Toh, Microsoft meyakini masa depan berbasis AI akan mendorong terjadinya evolusi pekerjaan. “Adanya gangguan berskala besar merupakan tantangan bagi setiap revolusi industri. Dulu, merupakan hal yang biasa bagi sebuah kantor untuk memiliki sekumpulan pekerja yang bertugas mengetik. Jelas, peran ini tidak lagi relevan di kantor modern saat ini, berkat perkembangan komputasi personal. Munculnya AI akan membentuk kembali pekerjaan dengan cara yang sama,” kata Haris.

Studi Microsoft dan IDC terbaru yang berjudul “Unlocking the Economic Impact of Digital Transformation in Asia Pacific” menemukan, 85% pekerjaan di Asia Pasifik akan mengalami transformasi dalam tiga tahun ke depan. Para responden dalam studi mengatakan ada lebih dari 50% pekerjaan yang dipindahtugaskan ke posisi baru dan atau dilatih ulang untuk transformasi digital.

“Yang menarik, 26% pekerjaan merupakan jenis pekerjaan baru yang diciptakan dari transformasi digital yang akan mengimbangi 27% pekerjaan yang akan dialihdayakan atau dikerjakan secara otomatis. Dengan kata lain, dampak AI terhadap lapangan pekerjaan secara keseluruhan akan netral,” jelas Haris.

Akankah AI benar-benar diadopsi secara menyeluruh di Indonesia? Dan benarkan sederet profesi baru akan hadir menggantikan profesi lama yang tergerus AI?

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS