Minat Turis Domestik pada Wisata Alam Terbuka Terus Meningkat

marketeers article
Many large stones from Belitung Island

Desember lalu, Bobobox mengungkap prediksi mereka mengenai industri pariwisata Indonesia pada tahun 2022. Pengelola jaringan hotel kapsul waralaba ini optimistis bahwa sektor pariwisata akan bangkit dan punya peluang baik dan minat turis domestik terhadap wisata alam terbuka diperkirakan meningkat.

“Saat ini, karena adanya pembatasan perjalanan mancanegara, masyarakat Indonesia sedang berada pada fase menikmati destinasi dalam negeri. Terutama, destinasi outdoor atau alam terbuka. Pengalaman autentik dengan suguhan keindahan alam dan kekayaan budaya lokal merupakan hal yang dicari oleh para wisatawan,” ujar CEO Bobobox Indonesia Indra Gunawan.

Bobobox menyadari adanya kecenderungan konsumen yang jenuh jika harus tinggal dan menetap di dalam ruangan saja. Dengan tetap mengikuti kebijakan yang ditentukan pemerintah, konsumen kini lebih tertarik untuk berkegiatan di luar ruangan atau alam terbuka. Sehingga, mereka bisa menikmati keindahan alam sekaligus menghirup udara segar.

Menangkap kebutuhan tersebut, Bobobox kemudian menyiapkan BoboCabin. Produk anyar ini merupakan bentuk dari upaya Bobobox membawa pengalaman autentik dari destinasi-destinasi wisata Indonesia kepada wisatawan domestik. Nantinya, produk ini tentu akan diperkenalkan kepada wisatawan luar negeri.

BoboCabin memang menjadi salah satu produk dari Bobobox untuk memberikan alternatif liburan dengan nuansa alam atau alam terbuka. Pertimbangan untuk menghadirkan BoboCabin ini melalui berbagai riset yang menunjukkan ketertarikan pada berbagai kegiatan berbau outdoor.

“BoboCabin menjadi solusi healing atau getaway selama pandemi. Hingga saat ini, kami terus menjalankannya sambil terus berinovasi dari sisi pengalaman sampai teknologi yang dibutuhkan pengguna,” jelas Ahmad Qois, Marketing Manager Bobobox.

Staycation dan work from hotel diperkirakan masih berkembang pada tahun-tahun mendatang. Namun, ada keyakinan bahwa orang-orang akan mencari tempat yang bisa membantu mereka healing. Selain itu, juga mencari tempat yang bisa membuat mereka merasakan kualitas menghabiskan waktu bersama keluarga atau orang terdekat.

“Jika sebelumnya konsumen fokus pada me time. Tahun ini, akan menjadi tahunnya keluarga dan teman. Banyak orang akan tertarik untuk mengunjungi destinasi yang memberikan mereka pengalaman bersama kerabat,” tutur Ahmad.

Berdasarkan laporan Association of British Travel Agents (ABTA) bertajuk Travel in 2022, para pelaku industri pariwisata bisa menantikan group booking yang diperkirakan meningkat tahun ini. Pasalnya, ada kecenderungan dari konsumen untuk reconnect dengan orang-orang terdekat mereka.

Sebanyak 25% responden mengaku memprioritaskan perjalanan dengan keluarga dari lintas generasi untuk membayar waktu kebersamaan mereka yang hilang karena pandemi. Ahmad menjelaskan bahwa hal ini tampaknya juga dipengaruhi dengan fenomena pernikahan para milenial dalam beberapa tahun terakhir. Jadi, tahun 2022 dianggap menjadi waktu yang pas untuk menghabiskan waktu bersama keluarga baru.

Hal ini senada dengan riset yang dilakukan booking.com bertajuk Travel Prediction 2022. Pada laporan tersebut, sebanyak 73% wisatawan mengatakan bahwa waktu liburan mereka akan fokus pada quality time dan bebas dari pekerjaan.

Selain itu, sebanyak 79% responden mengaku setuju bahwa wisata yang akan mereka jalani itu akan membantu mereka merawat diri dengan lebih baik. Sehingga, pada tahun 2022, diperkirakan wisatawan akan fokus pada perjalanan yang mampu membuat mental dan emosi mereka menjadi lebih baik dan positif.

Tahun 2022 menjadi tahun yang dinantikan para pemain di industri pariwisata. Ada sejumlah pergeseran dari kebutuhan konsumen. Selain yang telah disebutkan tadi, ada pula tren digital nomad yang lahir sejak masa pandemi. Hampir serupa dengan staycation dan work from hotel tadi, digital nomad seakan menjadi perpaduan keduanya yang mendapatkan upgrade.

Tidak sekadar pindah tempat kerja, digital nomad ini memungkinkan konsumen untuk bekerja sambil liburan. Misalnya, bekerja sambil menikmati pemandangan alam. Wisata jenis digital nomad ini masih terbagi lagi menjadi workation (work and vacation) dan bleisure (business leisure). Tren ini telah banyak dipraktikkan di berbagai negara untuk menarik kunjungan wisatawan. Bahkan, disebut bisa menjadi salah satu booster agar sektor pariwisata dan ekonomi kreatif terus meningkat.

Related

award
SPSAwArDS