Miris, Clubhouse PHK Lebih dari Separuh Karyawan

marketeers article
Social audio app, clubhouse PHK separuh karyawannya. (Sumber: 123rf)

Clubhouse, social audio app adalah salah satu platform yang begitu populer saat pandemi. Namun sayangnya, baru-baru ini Clubhouse mengumumkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada separuh karyawannya.

Seperti diketahui, aplikasi ini begitu digandrungi pada tahun 2021 karena rutinitas masyarakat yang mulai terbiasa dengan hubungan jarak jauh. Kesuksesan Clubhouse di kala itu pun diikuti oleh beberapa aplikasi media sosial, seperti Facebook dan Twitter yang mencoba mengintegrasikan fitur interaksi audio mereka sendiri.

Dua tahun berselang, founder Clubhouse Paul Davison dan Rohan Seth menyatakan lewat unggahan blognya bahwa akan melakukan PHK massal.

“Hari ini kami mengumumkan bahwa akan merampingkan perusahaan kami hingga lebih dari 50% dan mengucapkan selamat tinggal kepada banyak rekan tim yang berbakat dan berdedikasi dalam prosesnya,” tulis postingan blog tersebut, dikutip dari The Independent.

BACA JUGA Demi Menghemat Rp 4,4 Ttriliun, Ritel Fesyen Gap PHK 500 Karyawan

Upaya ini perlu dilakukan, menurut manajemen, demi mengatur ulang perusahaan pascacovid. Karena itu, Clubhouse perlu berevolusi dan perubahan sulit dilakukan dengan struktur perusahaan saat ini.

Davidson sendiri tak menyampaikan mengenai berapa banyak jumlah karyawan Clubhouse. Namun. ia mengatakan kepada TechCrunch startup tersebut memiliki hampir 100 karyawan. 

Perusahaan mencatat banyaknya karyawan sebelum PHK mempersulit tim untuk berkoordinasi, membuat “orang-orang yang brilian dan kreatif” kurang dimanfaatkan.

“Untuk memperbaikinya, kami perlu mengatur ulang perusahaan, menghilangkan peran, dan menurunkannya ke tim yang lebih kecil dan berfokus pada produk,” kata salah satu pendiri Clubhouse.

BACA JUGA Demi Efisiensi, Amazon PHK Divisi SDM dan Cloud

Berbeda dengan perusahaan teknologi lain yang telah melakukan PHK massal akhir-akhir ini, Clubhouse tak menyebut ekonomi yang stagnan sebagai alasan pemutusan hubungan kerja. Justru, Clubhouse menyebutkan tantangan lingkungan kerja jarak jauh dan perekrutan yang berlebihan sebagai faktor terjadinya PHK massal.

“Kami memiliki visi yang jelas tentang seperti apa Clubhouse 2.0 dan kami percaya bahwa dengan tim yang lebih kecil dan ramping, kami akan dapat mengulangi detail lebih cepat, membangun produk yang tepat, dan menghormati rekan tim kami yang membantu kami sampai di sini,” ujar para pendiri.

Untuk karyawan yang terdampak, Clubhouse akan membayar gaji dan menanggung perawatan kesehatan hingga akhir Agustus, serta mempercepat pemberian ekuitas dan memberikan dukungan karier.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS