Orang Indonesia Nikmati YouTube Maksimal Sepuluh Menit

marketeers article

Dunia digital semakin berkembang di Indonesia berkat kehadiran internet serta berbagai perangkat pendukung seperti smartphone maupun tablet. Berbagai tontonan kini ada di genggaman mereka. Mau nonton apa saja tinggal klik. Hal itu tentu bisa jadi mengganggu atau setidaknya mengurangi minat masyarakat untuk menonton televisi konvensional maupun layar bioskop.

Dengan potensi perangkat seperti smartphone, kuantitas menonton digital seperti kanal YouTube ini bisa mengurangi secara drastis ketertarikan penonton terhadap layar konvensional. Namun, hal itu tidak sejalan dengan pendapat produser dari rumah produksi Starvision Chand Parwez. Menurut produser senior ini, kehadiran kanal digital tetap tidak bisa menggeser media konvensional.

“Sekarang hadir YouTube dan sejenisnya. Lalu, seketika penonton pindah media? Saya rasa tidak, media konvensional seperti televisi dan layar kaca akan tetap ditonton. Itu karena sifatnya berbeda. Orang menonton YouTube tidak akan lebih dari sepuluh menit. Kalau mau menonton konten lebih lama, mereka akan balik ke televisi dan layar kaca,” terang Chand.

Menurutnya, kanal video seperti YouTube memang di-set untuk ditonton tidak lama merunut dari kontennya. Jadi, ia tidak khawatir orang akan berpaling dari layar kaca dan layar lebar. Sebab itu, ia tetap optimistis pasar media konvensional tetap ada. Hanya saja, behaviour konsumen dulu dan sekarang berbeda, tidak bisa disamakan lagi. Sekarang, masyarakat menonton sebuah tayangan ada tujuan dengan value lebih.

“Tren tayangan televisi saat ini adalah masyarakat ingin sesuatu yang tidak hanya menawarkan faktor H, yaitu hiburan semata. Ada yang lain, yaitu mereka ingin tayangan dengan pesan lebih baik. Itulah value-nya. Contoh seperti film Ngenest yang saya produksi. Di balik kisah getir seorang keturunan, ada pesan soal diskriminasi ras yang pastinya banyak dirasakan oleh penduduk keturunan minoritas,” tutup Chand.

Related

award
SPSAwArDS