Pandangan Orang Indonesia Soal AI dan Kesetaraan Gender

marketeers article

Riset New Economy dari Bloomberg menemukan tingkat optimisme yang tinggi tentang kemampuan beradaptasi dengan teknologi artificial intelligence (AI). Di seluruh kawasan ASEAN, rata-rata 70% responden yang disurvei setuju dengan lifelong learning atau pembelajaran seumur hidup dapat mengurangi ancaman yang ditimbulkan oleh teknologi AI.

Sementara itu sebanyak 65% responden Indonesia meyakini suatu waktu kembali terjadi perang dunia, maka perang akan terjadi secara maya, atau cyber war. Terkait dengan keberlangsungan iklim, hanya seperempat responden Indonesia (26%) yang setuju bahwa pada tahun 2035 iklim cuaca akan mencapai ‘point of no return’ atau titik tidak bisa diubah kembali. Hal ini sangat berlawanan dengan 58% responden global yang sangat setuju.

Bila membahas masalah emansipas perempuan, sebanya 65% responden ASEAN setuju bahwa emansipasi perempuan di negara berkembang akan membawa kebangkitan ekonomi. Hal ini lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan 57 persen rata-rata global. Responden di Indonesia (64 persen) memiliki tingkat persetujuan tertinggi ke dua di antara negara-negara ASEAN lainnya.

Responden global juga meyakini bahwa uang tunai akan tergantikan, tetapi responden Indonesia memiliki pandangan yang berbeda. Secara gobal, 52% responden sangat setuju  bahwa perkumpulan negara G-10 tidak akan lagi menggunakan uang tunai sebagai media pertukaran pada tahun 2035. Namun di Indonesia, hanya 28% yang sangat setuju bahwa uang tunai fungsinya akan tergantikan pada tahun 2035.

“Patut dicatat bahwa negara berkembang lebih optimistis daripada negara maju tentang kekuatan teknologi membentuk dunia yang lebih baik pada tahun 2035,” kata Andrew Browne, direktur editorial Bloomberg New Economy Forum. “Negara-negara berkembang pada umumnya melihat teknologi sebagai peluang, sementara negara maju lebih menganggap teknologi sebagai ancaman.”

Melalui riset ini Bloomberg mencoba untuk memprediksi apa pandangan para pelaku bisnis terkait dengan masalah ekonomi, sosial, dan teknologi pada tahun 2035.

Editor: Sigit Kurniawan

 

 

Related

award
SPSAwArDS