Pasar Film Global Lirik Potensi Besar Perfilman Indonesia

marketeers article

Studio-studio produksi asal Hollywood, Amerika Serikat dan rantai perfilman global memprediksi tumbuhnya tahun-tahun keemasan bagi industri perfilman di Indonesia. Hal ini dilihat dari kemampuan film Indonesia dalam mencetak box office. Pertumbuhan ini juga didukung oleh peningkatan jumlah layar bioskop yang semakin menjamur di Indonesia.

Dilansir dari Bloomberg, industri perfilman Indonesia akhirnya bisa bangkit kembali setelah masa kejayaannya pada 1980 silam. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kebangkitan ini, di antaranya adalah investasi asing pada 2015, pertumbuhan pendapatan, dan dorongan dari studio produksi dan distributor untuk memasuki pasar film internasional.

“Ada perubahan gaya hidup yang membuat kami memiliki energi lebih untuk memperluas pasar,” kata Catherine Keng, Sekretaris Korporate Cinema 21.

Sejak 2016, penjualan tiket bioskop Indonesia bisa dibilang luar biasa. Tercatat telah terjual 16 juta tiket bioskop pada 2016, dan angka ini mengalami kelipatan hingga 43 juta tiket pada 2017. Angka ini masih tergolong rendah, namun sudah mulai menjanjikan. “Kini produser dan pembuat film lebih berani untuk berinvestasi dan berpikir lebih besar,” lanjut Catherine.

Industri film terus meningkat sejak 2015 lalu saat industri film dalam negeri memutuskan untuk membuka kesempatan kembali pada investor asing untuk memproduksi, distribusi, dan kepemilikian bioskop. Hal ini dibuktikan dengan pembiayaan dana segar sebesar Rp 3,5 triliun yang diberikan GIC Pte kepada Cinema 21 untuk memperbanyak cabang. Hingga saat ini, Cinema 21 sudah menambah 170 layar dan berencana untuk membuka 164 layar lagi pada tahun ini.

Diproyeksikan bahwa ke depannya, Indonesia akan memiliki 7.500 layar bioskop. Kini, Indonesia masih pada angka 1.700 layar bioskop.

Tidak hanya Cinema 21, Investor asing seperti Cinepolis de Mexico yang memiliki saham di Cinemaxx dan CGV yang dimiliki oleh CJ dari Korea Selattan juga terus mengembangkan pasar filmnya di Indonesia. Lotte Group, yang juga mempenetrasi industri film Indonesia lewat Lotte Cinema memproyeksikan akan membangun setidaknya 60 bioskop di Indonesia.

“Industri film di Indonesia sedang meningkat pesat. Tidak hanya dari pasar film luar negeri, tapi juga pasar film lokal. Ini dipengaruhi juga dari investasi-investasi asing yang terus memompa industri fim kita,” kata Tom Lembong, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Dari sisi produksi, film-film karya anak bangsa mulai melirik perhatian pasar film global, Beberapa film Indonesia seperti Aruna dan Lidahnya dan Kado berhasil memiliki segmen penayangan khusus di Festival Film Berlin pada Februari lalu. Belum lagi film Wiro Sableng 212 yang merupakan hasil kolaborasi antara studio produksi Indonesia dan Twentieth Century Fox.

Bloomberg juga menyebutkan bahwa meskipun Avengers: Invinity War merupakan film dengan penjualan tiket terbesar di Indonesia pada 2018, mencapai 8 juta tiket, permintaan film lokal terus meningkat. Hal ini kemudian dibuktikan dengan rekor box office film Dilan 1991 yang berhasil meraih 2 juta penonton dalam tiga hari pertama penayangannya.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS