Pasar Shampo Stagnan, Kondisioner Tumbuh

marketeers article
Orang meyakini bahwa rambut adalah mahkota. Siapa yang tidak suka rambut sehat, halus, dan berkilau? Bukan hal yang mustahil jika produk hair care, seperti shampo, mulai dihinggapi banyak pemain. 
 
Namun, kondisi ekonomi yang kurang bersahabat nyatanya juga memberikan tekanan bagi industri hair care di Indonesia. Setidaknya, keyakinan tersebut dikemukakan oleh L'Oreal, salah satu pemain perawatan rambut di Indonesia. 
 
“Belakangan ini pasar shampo agak stagnan. L'Oreal merasakan seperti itu,” papar Quentita Tampubolon, Busineess Unit Manager L'Oreal Professional PT L'Oreal Indonesia.
 
Di tengah gejolak ekonomi yang bergeming sejak tahun lalu, shampo sebagai salah satu lokomotif pendorong industri hair care, pertumbuhannya cukup challenging. Queentia mengamati, konsumen mulai melakukan resizing dalam pembelian shampo, yaitu beralih ke ukuran yang lebih kecil atau malah pindah ke ukuran yang lebih besar.
 
“Jarang konsumen kini (membeli) yang di (ukuran) tengah. Mereka memiliih ukuran saset atau membeli ukuran yang lebih besar sekalian,” ujarnya,
 
Namun, jika dilihat secara nilai pasar (value), 50% dari total pasar kecantikan berasal dari industri hair care. Setelah itu baru disusul oleh perawatan kulit (skin care). Ini dimaklumi mengingat cuaca yang panas dan lembab, membuat shampo menjadi kebutuhan primer. 
 
Hal tersebut membuat penetrasi shampo di Indonesia sudah menyentuh hampir 100%. Penetrasi yang tinggi itu menciptakan tantangan bagi merek shampo untuk meningkatkan frekuensi pembelian. 
 
Queentia mengatakan, justru saat ini, pertumbuhan paling dahsyat terjadi pada produk-produk perawatan rambut (treatment), seperti kondisioner, masker, serum, atau vitamin rambut. Maka itu, sambungnya, L'Oreal memiliki spesialisasi sebagai produk treatment rambut. 
 
“Semua orang sudah punya shampo. Tapi, untuk treatment rambut, itu yang kami sasar,” terangnya. Dia melanjutkan,”Memang, penetrasi kondisioner dan masker belum besar. Tapi banyak konsumen mulai sadar akan kerusakan rambut, baik karena faktor cuaca, maupun akibat blow, catok, pengkritingan, maupun pewarnaan.”
 
Berdasarkan hasil riset L'Oreal yang dilakukan selama bertahun-tahun didapat bahwa 58% perempuan di dunia merasa rambutnya rusak. Sedangkan, 48% perempuan Indonesia menyatakan hal yang sama. 
 
“Mereka tahu rusak, tapi mereka kadang tidak tahu jenis kerusakannya. Maka itu, L'Oreal menawarkan produk-produk sesuai kerusakan rambut yang dialami perempuan. Salah satunya lewat produk Pro Fiber,” ujar Nitya Puspandhari, Product Manager L'Oréal Indonesia.
 
Editor: Sigit Kurniawan 

Related

award
SPSAwArDS