Ingin Tingkatkan Penjualan? Lakukan PDKT dengan Komunitas

marketeers article
PDKT dengan Komunitas

Komunitas kian akrab di telinga masyarakat. Terlebih peran media sosial yang membuat orang dengan minat yang sama semakin mudah untuk berkumpul dan bertukar pikiran. Hanya dengan bantuan smartphone, kini seseorang bisa berinteraksi secara instan dengan sesama anggota komunitas kapan pun dan di mana pun.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunitas berarti sekelompok orang yang hidup dan saling berinteraksi di daerah tertentu. Jika disesuaikan dengan perkembangan teknologi, maka “tempat berinteraksi” bisa berarti dua, yaitu secara online maupun offline.

Lewat teknologi ini, terciptalah integrasi antara interaksi online dengan offline. Pertemuan yang tadinya bermula di komunitas online, bisa berubah menjadi offline dengan adanya kopdar atau kopi darat.

Lantas, apa dampak sebuah komunitas bagi sebuah perusahaan? Sayangnya, banyak perusahaan yang masih beranggapan bahwa menggarap komunitas sebagai kegiatan buang-buang uang. Kebanyakan mereka tidak sabar kapan komunitas bisa mendatangkan penjualan bagi perusahaan. Padahal, jika sebuah perusahaan mau bersabar sedikit, komunitas dapat mendatangkan manfaat yang cukup signifikan bagi perusahaan.

Pertama, ikatan emosional yang terbentuk akan melahirkan loyalitas dan advokasi pelanggan yang pada akhirnya akan menurunkan biaya promosi perusahaan. Kedua, terkumpulnya suara pelanggan/prospek secara kolektif dapat menjadi sumber ide bagi perusahaan untuk melakukan inovasi dan co-creation sehingga akan menurunkan biaya R&D. Ketiga, pada akhirnya database pelanggan yang terkumpul bisa dijadikan rujukan dalam mengembangkan penjualan perusahaan dan kesempatan untuk melakukan Cross and Up Selling. Dengan demikian, terjadi peningkatan sumber penerimaan perusahaan.

PDKT dengan Komunitas: Pahami, Dekati, Kelola, Tumbuhkan

Untuk mencapai itu semua, sebuah perusahaan harus terlebih dahulu memahami strategi yang tepat untuk menjual melalui komunitas. Caranya, perusahaan harus PDKT dengan komunitas. Bagaimana caranya?

Pertama, pahami (P) komunitas yang akan Anda masuki, secara marketing maupun secara finansial. Memahami secara marketing adalah memahami apa purpose, values, identity dari komunitas. Sedangkan secara finansial adalah memahami apakah komunitas mendukung tujuan pemasaran dengan lebih baik dan lebih hemat biaya ketimbang alternatif lain.

Pemahaman secara marketing sangat penting untuk memastikan agar perusahaan tidak memilih komunitas yang bertentangan dengan tujuan perusahaan. Ketahui apa purpose atau tujuan, visi, dan misi dari komunitas. Apa yang menjadi values atau sekumpulan nilai-nilai yang dianut dan diterapkan oleh komunitas. Lalu, bagaimana identitasnya atau tampilan fisik, jargon, yang juga mencirikan komunitas.

Contohnya, komunitas Tangan Di Atas (TDA). Komunitas ini mempunyai purpose untuk membentuk pengusaha-pengusaha tangguh dan sukses yang memiliki kontribusi positif bagi peradaban. Values yang mereka anut adalah silaturahim, integritas, berpikiran terbuka, berorientasi tindakan, dan fun. Sedangkan identitasnya terwakili dalam bentuk mars TDA, seminar dan pelatihan, maupun kegiatan sosial yang mereka selenggarakan.

Pemahaman secara finansial digunakan untuk menakar apakah komunitas yang akan kita dekati memiliki potensi atau tidak. Adapun yang dilihat adalah jumlah anggota komunitas dan komposisi jenis kelaminnya. Perlu dilihat juga strata ekonomi anggota komunitas (kelas A, B atau C). Lalu pahami juga spending power anggota komunitas. Jadi, meskipun anggotanya banyak tersebar di seluruh daerah di Indonesia namun jika daya belinya kecil, mungkin ada baiknya komunitas tersebut ditinggalkan saja.

Selanjutnya, Dekati (D) komunitas. Pendekatan bisa dilakukan dengan menganalisis tipe komunitas dan figur yang berperan sesuai tipe komunitas. Tipe komunitas dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu pools, hubs, web. Pada komunitas, pools yang menjadi perekat antaranggota di dalamnya adalah kegiatan bersama, tujuan bersama atau nilai-nilai bersama. Bagi komunitas bertipe hubs, tokoh yang karismatik, aktivitas, dan tempat menjadi kunci keterikatan mereka. Berbeda dengan web. Di sini, hubungan personal antara satu dengan lainnya adalah kunci suksesnya.

Namun perlu diingat, komunitas yang Anda dekati terdiri atas orang-orang yang memiliki peran yang berbeda. Setidaknya, ada lima peran yang biasanya ada di dalam sebuah komunitas, yakni mentor (membagi pengalaman), partner (memotivasi anggota), celebrity (pesohor komunitas), decision maker (pembuat keputusan, dan ambassador (duta komunitas). Pelajarannya, masuki jenis komunitas yang tepat dan pahami peran-peran orang di dalamnya.

Kelola (K) manfaat yang akan perusahaan tawarkan kepada komunitas. Manfaat yang ditawarkan harus bisa dirasakan oleh komunitas serta individu-individu di dalamnya. Bagi komunitas, perusahaan bisa menyediakan berbagai kerjasama, seperti sponsorship kegiatan, produk yang customized, serta menyelenggarakan kegiatan bersama. Sedangkan bagi individu-individu di dalamnya, perusahaan harus mampu memenuhi kebutuhan pribadi dan kebutuhan profesionalnya.

Terakhir, Tumbuhkan (T) komunitas. Perusahaan harus memberlakukan komunitas sebagai partner perusahaan untuk tumbuh dan berkembang bersama.

Perlu dipahami, menjual melalui komunitas membutuhkan waktu yang tidak sebentar serta dedikasi penuh pihak terkait. Perusahaan harus sabar dalam penerapan strategi PDKT dengan komunitas. Jangan pernah mendesak komunitas untuk bisa segera menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Berdasarkan pengalaman beberapa praktisi, diperlukan waktu rata-rata dua tahun dari sejak perusahaan membuat atau memasuki komunitas sampai komunitas tersebut menghasilkan buahnya.

Baca juga: Motivasi Merek Gandeng Komunitas Jangan Sebatas Formalitas

Related

award
SPSAwArDS