Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Gagalnya Rebranding HBO Max

marketeers article
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Warner Bros. Discovery memutuskan untuk kembali menggunakan nama “HBO Max” setelah sempat menggantinya menjadi hanya “Max” pada 2023. Langkah ini menunjukkan bahwa tak semua strategi rebranding berjalan mulus.

Alih-alih memperkuat identitas merek, perubahan semacam ini justru menimbulkan kebingungan di kalangan pengguna. Dari kasus tersebut, ada beberapa hal yang bisa dipelajari, terutama bagi perusahaan yang ingin mengubah citra atau nama produknya.

Dilansir dari Business Insider, berikut sejumlah pelajaran yang bisa dipetik dari gagalnya kasus rebranding HBO Max:

BACA JUGA: Native Campaigns, Strategi Iklan Halus yang Efektif di Era Digital

Nama yang Sudah Kuat Tak Perlu Ditinggalkan

HBO merupakan merek yang telah lama dikenal dengan kualitas tayangan unggulan. Ketika nama “HBO” dihapus dari layanan streaming dan hanya menyisakan “Max”, banyak pengguna merasa kehilangan kejelasan identitas.

Penghapusan unsur yang sudah melekat kuat dalam benak konsumen justru melemahkan daya tarik brand itu sendiri. Untuk itu, sebagai pelajaran, sebaiknya jangan menghapus nama yang sudah memiliki nilai jual dan asosiasi positif di mata publik tanpa alasan yang kuat.

Pentingnya Konsistensi untuk Kepercayaan Konsumen

Sejak awal kemunculannya, layanan streaming Warner Bros. Discovery sudah berulang kali berganti nama. Mulai dari HBO Go, HBO Now, HBO Max, Max, dan kini kembali ke HBO Max.

Perubahan yang terlalu sering dan tidak konsisten justru membuat konsumen bingung. Ini menjadi pengingat bahwa konsistensi dalam branding sangat penting agar konsumen tetap merasa familiar dan percaya terhadap produk.

BACA JUGA: Meningkatkan Engagement Digital lewat Konten Interaktif

Jujur dan Terbuka Bisa Jadi Strategi Komunikasi yang Efektif

Yang menarik, alih-alih menutupi kekeliruan, tim media sosial HBO Max memilih pendekatan jujur yang dibalut dengan humor. Mereka aktif mengunggah meme di berbagai media sosial yang menertawakan keputusan mereka sendiri. Hal ini sontak mendapat respons positif dari warganet.

Pendekatan semacam ini menunjukkan bahwa keterbukaan dan kemampuan untuk menertawakan diri sendiri bisa menjadi cara yang cerdas untuk meredam kritik dan membangun kedekatan dengan audiens.

“Ini adalah situasi di mana mereka berpikir, ‘Kami pasti akan mendapat kritik habis-habisan, jadi setidaknya kami bisa ikut tertawa dalam lelucon itu sedikit,” kata Jeremy Goldman, Direktur Senior Client Briefings EMARKETER.

Rebranding Harus Didasarkan pada Perspektif Konsumen

Meski alasan bisnis seperti konsolidasi konten terdengar masuk akal di ruang rapat, keputusan rebranding tetap harus mempertimbangkan perspektif konsumen. Nama “Max” mungkin dianggap lebih luas secara internal, tapi bagi pengguna, nama tersebut kehilangan ciri khas dan kekuatan merek yang sebelumnya dimiliki oleh “HBO”.

Ini menjadi pelajaran bahwa rebranding bukan hanya soal desain atau strategi korporat, tapi juga soal persepsi publik dan pengalaman pengguna.

Editor: Bernadinus Adi Pramudita

award
SPSAwArDS