Pekan Sarapan Nasional, Apa yang Bisa Dilakukan Nestle?

marketeers article
pekan sarapan nasional

Sarapan merupakan salah satu perilaku penting untuk mewujudkan gizi seimbang, tetapi kenyataannya masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak sarapan. Hal itulah yang mendasari lahirnya Pekan Sarapan Nasional (PESAN) yang jatuh setiap 14-20 Februari setiap tahunnya.

Seruan nasional yang didengungkan sejak Januari 2013 itu membuktikan bahwa sarapan belum menjadi kebiasaan kebanyakan masyarakat Indonesia. Banyak laporan ilmiah yang menuliskan bahwa jikalau orang Indonesia makan saat pagi, yang dikonsumsi tak memunuhi kebutuhan gizi.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010 yang disampaikan pakar gizi Profesor Ali Khomsan, 26,1% anak Indonesia hanya mengonsumsi minuman, baik air putih, teh, atau susu, selama sarapan. Selain itu, 44,6% anak Indonesia sekolah dasar mengonsumsi sarapan kualitas rendah, atau 15% dari kebutuhan kalori harian.

“Idealnya, sarapan itu memenuhi 25% asupan energi harian. Makanan pun terdiri dari pangan karbohidrat, lauk-pauk, buah, dan minuman,” kata Ali di Senayan, Jakarta, Kamis, (9/2/2017).

Lebih lanjut, Ali menuturkan, berdasarkan penelitian Simposium Nasional Sarapan Sehat, diperoleh data bahwa pola pangan sarapan anak-anak Indonesia usia 3-5 tahun dan 6-12 tahun, 60% hanya mengonsumsi karbohidrat. “Hanya di bawah 1% yang mengonsumsi sarapan sehat dan lengkap,” kata Guru Besar Gizi Masyarakat dan Keluarga IPB.

Bahkan, dari sebuah sample penelitian di beberapa Sekolah Dasar di Bogor ditemukan bahwa 72,3% anak-anak mengonsumsi nasi saat sarapan, roti 17%, sereal 4,4%, dan bubur ayam 3,6%. “Banyak orang tua berpikir sarapan anak itu yang penting kenyang. Bisa dibayangkan generasi bangsa apabila sarapannya hanya NKK alias nasi kecap kerupuk,” tutur Ali.

Ada beberapa faktor yang membuat sarapan anak Indonesia rendah. Riset yang ditemukan Ali menunjukkan 59% justru karena sulit membangunkan anak pada pagi hari. Katanya, ini kerap terjadi di ibu kota yang memberlakukan aturan masuk sekolah pukul 06.30 pagi.

“Karena terlalu pagi, hasrat anak untuk makan belum muncul. Sehingga, anak jadi tidak makan pagi,” pungkasnya.

Ia mengimbau agar sarapan dilakukan paling tidak dua jam setelah bangun tidur, atau selambat-lambatnya sebelum jam 10 pagi. Manfaat sarapan pun cukup banyak bagi anak, salah satunya anak menjadi fokus menjalani aktivitas selama di sekolah.

Bahkan, ada penelitian yang menyebut bahwa anak yang tidak sarapan cenderung obesitas ketimbang yang sarapan. “Ini karena ketika anak di sekolah pada pagi hari dan lapar, anak akan makan porsi yang lebih banyak pada waktu makan siang,” tuturnya menjelaskan.

Peluang Brand

Rendahnya konsumsi sarapan yang berkualitas menjadi peluang pasar bagi para brand, khususnya merek-merek yang biasa dikonsumsi saat sarapan, seperti susu dan seral. Karenanya, PESAN menjadi moment marketing bagi manufaktur consumer goods Nestlé.

Sejak PESAN digaungkan empat tahun lalu, Nestlé telah berpartisipasi dalam mendorong konsumennya agar memperhatikan sarapan sehat. Tahun ini, merek asal Swis itu membuat kampanye pemasaran khusus bertajuk “Ayo Bangun Indonesia” yang aktivasinya dilakukan secara online.

Mira Susanti, Nutrition, Health, & Wellness Manager Nestlé Indonesia mengatakan, keterlibatan Nestlé terhadap PESAN bukan untuk mengganti menu sarapan masayarakt dengan produk-produk Nestlé. “Melainkan, kami ingin mengambil bagian dari sarapan, bahwa kami menyediakan makanan yang menunjang sarapan,” ucapnya.

Adapun, untuk kampanyenya itu, Nestlé membahwa tiga merek andalannya, yaitu Dancow, Milo, dan Koko-Krunch. Sebagai tambahan, Nescafé pun ikut terlibat dalam kampanye PESAN ini untuk menarik segmen ayah.

Mira memang tidak bisa merinci seberapa besar pasar breakfast di Indonesia. Menurutnya, tak ada studi atau riset mengenai hal tersebut di Tanah Air. Akan tetapi, yang menjadi indikatornya adalah masih banyak warga Indonesia yang belum menikmati sarapan dengan gizi yang mencukupi.

Pertanyaannya, apakah semangkuk sereal dan susu mencukupi untuk disebut sebagai sarapan sehat? Profesor Ali menganggap, sereal dapat memenuhi 200 kalori. Sedangkan segelas susu berkontribusi 400 kalori.

“Rata-rata anak dalam sehari membutuhkan 1.600 kalori. Jadi, 600 kalori sereal plus susu saat sarapan cukup memuhi kebutuhan 25% energi harian,” jelasnya.

Kendati demikian, kadar gula dalam sereal harus menjadi perhatian bagi konsumen saat menikmati sereal. Per 100 gram Koko Krunch mengandung 30,1 gram gula. Sedangkan per sajian 30 gram + 125 mi susu cair mengandung 14,9 gram gula. “Walau mencukupi kebutuhan kalori, konsumsi sereal harus dibatasi,” terang Ali.

Pekan Sarapan Nasional menjadi sarana banyak merek untuk melakukan seasonal marketing. Selain Nestlé, adapula Herbalife dan Energen yang memanfaatkan momen tersebut.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS