Pemasar Wajib Tahu Tren Konsumen Ini

marketeers article

Pertumbuhan ekonomi di sebagian besar negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, tengah mengalami perlambatan. Namun, dalam jangka menengah dan panjang, Indonesia dipandang sangat menarik bagi perusahaan yang ingin beroperasi di negara berkembang.

Alasan utamanya adalah adanya peningkatan pendapatan dan urbanisasi telah mengarah pada peningkatan konsumen berbasis seluler. Untuk memaksimalkan peluang ini, perusahaan perlu pemahaman yang mendalam tentang konsumen Indonesia dari berbagai segmen demografis, preferensi terhadap merek, perilaku berbelanja, serta pengambilan keputusan dalam membeli.

Untuk mengetahuinya, The Boston Consulting Group (BCG) baru saja mempublikasikan penemuannya tentang tren konsumen di Indonesia guna menuntun perusahaan-perusahaan yang bergerak di tiga industri, yakni barang awet, barang kebutuhan sehari-hari, dan jasa keuangan. Riset tersebut dilakukan dengan menggunakan survei kuantitatif dan kualitatif terhadap 3.000 konsumen dari berbagai kelompok sosial-ekonomi di 19 lokasi yang berbeda dari seluruh Indonesia.

Untuk industri barang awet, hasil riset mengungkapkan produk barang awet adalah salah satu produk prioritas konsumen Indonesia dan memiliki kecenderungan untuk dibeli secara kredit akan meningkat (peningkatan sebesar 50% selama dua tahun terakhir). Profesional muda maupun perempuan modern merepresentasikan 10% dari basis konsumen Indonesia. Selain itu, dalam hal pembelian produk, keputusan pembelian mereka sangat dipengaruhi oleh anggota keluarga dan teman-temannya. 

Temuan pokok untuk manufaktur industri barang kebutuhan sehari-hari, yaitu konsumen membeli berbagai merek yang sudah pakem, seperti produk makanan, minuman, produk kecantikan dan produk kebutuhan rumah tangga. Perusahaan yang tidak mampu menembus pilihan ini akan gagal mengembangkan usahanya.  Lalu, konsumen memiliki kecenderungan untuk menjadi omnichannel, yakni membeli dalam produk kategori tertentu namun dalam format toko yang beragam.

Terkait jasa keuangan, kelompok masyarakat dengan pendekatan menengah ke bawah perlu diyakinkan jika menggunakan layanan perbankan bukanlah pembuangan waktu. Kelompok konsumen ini cenderung memilih bank berdasarkan reputasi secara keseluruhan daripada kekuatan bank untuk layanan tertentu. Dalam hal ini, bank perlu fokus pada peningkatan reputasinya dan juga dalam hal memberikan kenyamanan, keamanan, dan produk secara sederhana di lokasi yang tepat. 

Sedangkan kelompok masyarakat kelas menengah dan berkecukupan membutuhkan layanan jasa keuangan pada tingkat yang lebih lanjut. Perusahaan jasa keuangan perlu lebih baik dalam hal menargetkan kelompok masyarakat tersebut, khususnya pada saat kelompok ini melakukan transisi pada pekerjaan dan urusan pribadinya.  Untuk itu, hal ini menjadi peluang bagi bank untuk menawarkan berbagai tawaran produk dan jasa keuangan yang beragam.

Terkait perbankan digital, sebanyak 29% masyarakat kelas menengah dan berkecukupan mengunakan layanan perbankan digital. Penggunaan perbankan digital ini oleh masyarakat diprediksi akan meningkat pesat seiring dengan perkembangan teknologi digital di Indonesia.   

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS