Penerapan SDGs Pada Bisnis untuk Atasi Perubahan Iklim

marketeers article
Hand holding plant with bokeh and nature background, save the world and World Environment Day concept at sunny day.

Pandemi COVID-19 memang telah mengubah lanskap industri binis dan berdampak pada perekonomian global. Bahkan di beberapa negara resesi ekonomi telah terjadi. Tetapi, setelah itu semua terdapat masalah yang lebih besar menanti, yaitu perubahan iklim atau climate change.

“Ancaman pandemi hanya bersifat sementara. Setelahnya akan ada ancaman yang paling besar yaitu perubahan iklim akan menyebabkan biodiversity collapse yang akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial secara global, serta kehidupan itu sendiri,” kata Y.W. Junardy, President Global Compact Network, dalam Rakernas IMA yang diadakan secara virtual.

Karena itu, menurut Junardy, sudah saatnya para pelaku bisnis untuk menerapkan Sustainable Development Goals (SDGs) dalam praktik usahanya. Bukan sekadar sebagai program CSR tetapi juga menjadi bagian dari core business.

Lalu, apa itu SDGs? Pada tahun 2015, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan dunia.

Dalam agenda SDGs, terdapat 17 tujuan dan 169 target rencana aksi global untuk 15 tahun ke depan, atau hingga tahun 2030. Secara singkat, SDGs bertujuan untuk mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan. Untuk mencapai tujuan dan target tersebut, perlu adanya kolaborasi dari seluruh pihak termasuk pemerintah, masyarakat, dan para pelaku bisnis.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Antonio Guterries, Sekretaris Jendral PBB. Kolaborasi dengan berbagai bisnis dan CEO perusahaan menjadi kunci dalam mengatasi perubahan iklim, memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, dan memberantas kemiskinan pada tahun 2030.

“99% CEO dari perusahaan besar yang memiliki annual revenue di atas US$ 1 miliar percaya sustainability akan menjadi sangat penting untuk kesuksesan bisnis mereka pada masa depan,” ujar Junardy.

Sementara itu, survei yang dilakukan oleh PwC pada tahun 2015 menyebutkan, 90% masyarakat di seluruh dunia mengharapkan bahwa perusahaan perlu menanamkan SDGs dalam strategi dan cara mereka berbisnis. Survei ini juga menunjukkan kesadaran akan SDGs di kalangan bisnis lebih tinggi 92% dibandingkan dengan masyarakat umum 33%.

Lebih lanjut dalam survei tersebut memperlihatkan, 72% responden dari pelaku bisnis telah merencanakan tindakan perusahaan dalam menerapkan konsep SDGs. Sementara 29% responden menetapkan tujuan bisnis berkaitan dengan SDGs dan 13% responden telah berhasil mengidentifikasikan sarana yang mereka perlukan untuk melakukan SDGs.

Berbagai langkah pun dilakukan oleh PBB untuk mendukung para pelaku bisnis di seluruh dunia dalam menerapkan SDGs. Junardy menjelaskan, ke depannya PBB akan menerapkan program Global Impact Initiatives (GIIs), yaitu sebuah program akselerasi bagi dunia usaha untuk menerapkan SDGs sebagai core business.

“Pandemi COVID-19 dapat menjadi momentum para pelaku usaha untuk menerapkan SDGs di perusahaan mereka. Karena kita sudah lebih sadar dan mengubah pola hidup yang lebih sehat dan berwawasan lingkungan,” imbuh Junardy.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related

award
SPSAwArDS