Peran Diplomasi untuk Membangun Kota

marketeers article

Upaya diplomasi bukan saja tugas negara. Diplomasi bisa diterapkan oleh pemerintah kota sekalipun. Selain membangun hubungan yang lebih baik, diplomasi yang dilakukan pemerintah kota bertujuan untuk menjaga hubungan, memperluas hubungan, hingga menciptakan harmoni. Sebab itu, kota-kota di Indonesia pun semakin tergerak untuk melakukan diplomasi, seperti Makassar dan Bandung.

Ramdhan Pomato, Wali Kota Makassar mengatakan, diplomasi yang dilakukan kota Makassar menjadikan kota ini bisa menerima dan diterima oleh semua orang, baik masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia. Dalam rangka tampil di pentas luar, kata Ramdhan, Makassar mengusung konsep smart city dengan menggabungkan budaya lokal, yaitu Sombere. “Sombere artinya keramahan, pelayanan, dan persaudaraan yang luar biasa. Inilah diplomasi kita,” kata Ramdhan saat menjadi pembicara dalam Conference on Indonesian Foreign Policy 2015 di Jakarta, Sabtu (13/6/2015).

Menurutnya, dengan memadukan smart city dan sombere akan membentuk kekuatan bisnis yang baik. Ia berharap diplomasi dalam bentuk konsep smart city dan Sombere ini bisa memberikan perubahan positif. Salah satunya adalah mampu menarik delapan juta wisatawan ke Makassar. Dengan populasi sekiar 1,7 juta jiwa, pertumbuhan ekonomi Makassar pada tahun 2014 mencapai angka 9,23%. Ke depan, pemerintah bergarap angka tersebut semakin meningkat seiring dengan langkah diplomasi yang kota ini lakukan. 

Sementara itu, Wali Kota Ridwan Kamil mengatakan bahwa diplomasi merupakan branding. Dengan merepresentasikan Bandung di dunia internasional, sambung Ridwan, pada akhirnya membawa nama Indonesia. Ridwan Kamil pun aktif menjalin kerja sama dengan kota-kota di luar negeri. Keikutsertaan dalam pertemuan-pertemuan dengan berbagai pihak di luar negeri dijadikan Ridwan sebagai suatu kesempatan untuk berbicara tentang Indonesia, Bandung, bahkan tentang Islam. Hal ini dilakukan untuk membentuk pemahaman mengenai wajah Indonesia yang lebih baik di mata dunia. 

Saat ini, lanjut Ridwan, Indonesia membutuhkan entrepreneurial government. Bukan pemerintah yang hanya jaga warung. Sebab itu, dirinya tidak bisa berdiam diri. Dirinya terus mengetuk pintu ke berbagai negara untuk menjalin konektivitas yang akhirnya untuk kemajuan Bandung.

“Diplomasi itu bukan hanya mengandalkan menteri luar negeri atau walikota. Diplomasi itu crowdsourcing. Kita bisa memulai dengan sosial media yang kita miliki. Caranya, unggah potensi kota bisa dengan pariwisata di kota tersebut ke media sosial. Lalu, masyarakat Indonesia saling me-retweet kota lain. Suatu saat, kita akan melihat branding baru tentang Indonesia,” pungkas Ridwan.

Related

award
SPSAwArDS