Menilik Perekonomian Indonesia Tahun 2018

marketeers article

Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2018 akan mencapai 5,4%. Banyak yang menganggap target ini realistis. Namun, tidak sedikit pula yang berpendapat sebaliknya. Pemerintah meyakini ada beragam indikator yang bisa mendukung pemerintah dalam mencapai target tersebut.

Suahasil Nazara selaku Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Republik Indonesia, menyebutkan bahwa tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil dan memberikan sinyal positif, mengingat Indonesia yang berada pada jalur pertumbuhan ekonomi yang membaik. “Apabila kita yakin pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun ini berada pada angka 5,1%-5,2%, maka dapat diproyeksikan pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada angka 5,4%,” ujarnya di Jakarta, Selasa (21/11/2017)

Menurutnya, peningkatan ekonomi Indonesia tahun ini merupakan hasil dari berbagai macam perbaikan yang dilakukan pemerintah, seperti perbaikan listrik di berbagai wilayah Indonesia, penekanan dwelling time, dan beberapa elemen lainnya yang dapat menjadi magnet bagi para pelaku ekspor impor. Oleh Sebab itu, ekonomi Indonesia pada tahun 2018 diproyeksikan akan membaik, walaupun dengan beberapa risiko dan tantangan yang masih ada.

Pada kesempatan yang sama, ekonom Chatib Basri menilai ada beberapa peluang dan tantangan yang akan dihadapi oleh pemerintah. Ia menilai Indonesia akan melewati bonus demografi yang mana jumlah penduduk usia muda dan produktif akan melonjak, dan daya konsumsinya pun tinggi. Hal ini harus dimanfaatkan untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang saat ini telah mencapai 5% dan mempersiapkan negara  dalam menghadapi Aging Population yang ditandai dengan meningkatnya populasi orang berusia tua.

“Tidak ada income bagi negara namun pengeluaran tetap harus dianggarkan. Kita harus optimistis menghadapi tantangan perekonomian ini,” kata Chatib.

Sebagai Economist DBS Group Research, Gundy Cahyadi memaparkan beberapa faktor sentimen global terhadap perekonomian Asia dan Indonesia. Seiring dengan membaiknya kondisi makroekonomi global, mendorong kinerja ekonomi di Asia, khususnya kinerja pasar saham Asia yang belakangan ini terlihat lebih aktraktif dibandingkan negara maju lainnya.

Selain itu, ASEAN, khususnya Indonesia terus mendorong laju iklim investasi dan konsumsi masyarakat. Salah satunya dengan melakukan pelonggaran kebijakan moneter dengan memangkas suku bunga di tengah adanya rencana the Fed yang akan menaikkan suku bunganya secara bertahap.

Nilai tukar rupiah juga menunjukkan angka yang stabil, seiring peningkatan cadangan devisa serta kebijakan moneter dan fiskal yang solid membuat pasar obligasi Indonesia semakin atraktif. Faktor-faktor ini menunjukkan bahwa fundamental ekonomi Asia cukup kuat terhadap sentimen global

Saat ini, negara-negara Asia, termasuk Indonesia, memegang kendali atas market share manufaktur terbesar di dunia. Indonesia berada di posisi ke-empat dalam hal market share manufaktur di dunia setelah China, Korea, dan India. Tahun 2017 merupakan tahun yang mana dunia mengalami pertumbuhan ekonomi paling tinggi setelah global financial crisis, dunia mencatat pertumbuhan pada level 3,6%, negara-negara maju mencatat pertumbuhan pada 2,2%, sedangkan negara-negara berkembang mencatat pertumbuhan 4,6%, dan Indonesia mencatat 5,2%.

Salah satu faktor penyumbang tingginya angka pertumbuhan di negara-negara Asia, khususnya Asia Timur, karena adanya penerapan global value change. Di sini, masing-masing negara memproduksi barang-barang dan kemudian saling bertukar satu sama lain.

Pada sektor perdagangan, salah satu faktor yang menjadi fokus pemerintah adalah bagaimana Indonesia dapat berekspansi ke negara-negara trading partners agar para pelaku usaha di Indonesia mendapatkan akses pasar dunia yang lebih luas. Dalam hal ini, pemerintah juga menekankan peran aktif dari para pihak swasta, khususnya perbankan, dalam mendukung permodalan bagi sektor manufaktur di Indonesia.

Editor: Sigit Kurniawan

 

Related

award
SPSAwArDS