Peritel Harus Punya Proyeksi Tren Setelah Pandemi Berakhir

marketeers article

Pandemi COVID-19 mengguncang berbagai sektor di Indonesia, termasuk sektor ritel. Pengusaha di bidang ritel tentu harus memikirkan bagaimana agar mereka bisa beradaptasi dan bertahan, bahkan berkembang di tengah kondisi yang tidak memungkinkan ini.

Namun demikian, adaptasi saja tidak cukup. Tidak ada yang mengetahui kapan pandemi akan berakhir. Untuk itu, para pengusaha ritel juga harus bertransformasi, tidak hanya adaptasi saja.

Adanya pandemi ini menciptakan tren-tren baru di kalangan masyarakat. Pola perilaku mereka juga berubah, semakin ke arah digital.  Tentunya ini menjadi sebuah tantangan bagi para pelaku usaha ritel.

Akan tetapi, menurut Hermawan Kartajaya, Founder & Chairman MarkPlus,Inc, para pengusaha ritel tidak perlu khawatir akan hilangnya pusat perbelanjaan, walaupun masyarakat lebih berminat untuk belanja online saat ini. Hermawan percaya, pusat perbelanjaan tidak akan hilang, fungsinya saja yang berubah.

“Saya percaya mall tidak akan hilang, hanya fungsinya saja yang berubah, yaitu menjadi pusat interaksi sosial. Maka dari itu, harus ada human transformation. Kita buat pelatihan baru, ajarkan tips-tips baru kepada para penjaga tenant, serta kita buat tenant kita bukan hanya menjadi tempat belanja, namun juga bisa menjadi tempat berinteraksi, karena sekarang perilaku masyarakat sudah berubah. Kita juga harus berubah. Jangan ikuti cara lama,” kata Hermawan dalam acara Marketeers Goes To Mall Episode 4 yang bertajuk Meet The Tenants: Navigating Retail Business Beyond Pandemic, (19/08/2021).

Hermawan juga menambahkan bahwa para pengusaha ritel perlu berpikir jauh ke depan mengenai bagaimana perkiraan post normal behavior masyarakat. Setelah itu, baru diarahkan. Hal yang harus dilakukan adalah memikirkan bagaimana kehidupan setelah pandemi, bukan saat pandemi.

“Ini merupakan kewajiban sebagai brand untuk memikirkan dan menduga apa yang akan terjadi setelah pandemi. Definisi marketing saja sekarang sudah berubah. Tidak bisa ikuti cara lama. Kalau kita bisa menduga apa yang akan terjadi, kita bisa mengarahkan masyarakat kesitu. Kita arahkan mereka ke awal yang lebih baik,” tambah Hermawan.

Sebagai VP Kanmo Retail Group yang menaungi berbagai macam brand, Linda Paulina memaparkan pengalaman perusahaannya pada saat kondisi pandemi. Linda mengatakan bahwa pada saat pandemi, perusahaan memiliki persiapan yang baik. Hal ini dikarenakan berbagai brand di Kanmo sudah memulai omnichannel jauh sebelum pandemi.

“Sebagai company group, omnichannel bukan hal baru buat kita karena kita sudah mulai online jauh sebelum pandemi. Kita sudah siap menghadapi pandemi, karena kebetulan omnichannel kita juga berjalan dengan baik,” kata Lina.

Lina menambahkan bahwa selama pandemi, strategi pemasaran perusahaan juga berubah, lebih mengarah ke digital. Kanmo Group fokus pada sosial media selama pandemi karena target pasar saat ini lebih banyak di sosial media.

Selain itu, agar konsumen mendapatkan informasi yang detail mengenaii produk dari brand di bawah naungan Kanmo, Kanmo juga mengupayakan dengan membuat video tutorial, mengunggah testimoni, dan review product.

“Kita selalu perhatikan semua sosial media kita. Di samping itu, kami juga fokus pada review product, cara menggunakan produk, dan testimoni di sosial media untuk memudahkan customer melihat produk yang kami miliki secara detail. Ini salah satu upaya kita untuk memudahkan mereka mendapatkan informasi produk karena  mereka tidak bisa melihat produk secara langsung,” tambah Lina.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS