Perjalanan Alamanda Shantika Mengembangkan Binar Academy

marketeers article

Sosok Alamanda Shantika mungkin tidak asing lagi di telinga pembaca Marketeers. Meninggalkan pekerjaannya sebagai programmer di salah satu startup besar, kini Ala, panggilan akrabnya, beralih menjadi seorang pengajar. Mendirikan Binar Academy menjadi pilihan Ala pada tahun 2016. Kini Ala menjabat sebagai Founder & President Binar Academy.

“Aku membangun produk dari nol. Setelah di Gojek selama 2,5 tahun, tiba-tiba aku seperti dibangunkan kembali oleh mimpiku. Dari dulu aku sebenarnya ingin banget jadi guru, dosen, dan guru besar. Itu cita-cita aku dari kecil,” ungkap Ala pada acara Diplomat Success Challenge 12 Webinar seri 2 beberapa waktu lalu.

Keinginan Ala untuk menjadi pengajar pun berbarengan dengan tren startup digital yang terus bermunculan di Indonesia. Namun kemunculan startup itu tidak diimbangi dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni di bidangnya, yakni bidang teknologi informasi.

Ala berhasil melihat ketimpangan ini menjadi sebuah potensi bisnis, hingga hadirlah Binar Academy dengan Ala yang terjun sendiri menjadi pengajar. Sejak berdiri pada tahun 2016, Binar Academy hadir secara offline hanya di lima kota, yakni Batam, Kupang, Ambon, Yogyakarta, dan Tangerang.

“Inovasi ini lahir dari permasalahan yang aku hadapi ketika berada di Kartuku dan Gojek. Ketika ingin meng-hire talenta digital yang sudah ready itu sangat sulit. Pasalnya, saat itu aku menggunakan metodologi baru, arsitektur terbaru, bahasa-bahasa (pemrograman) terbaru, dan di Indonesia itu talent-nya belum ready. Jadi mau tidak mau, Aku mengajar mereka dari nol,” ungkap Ala.

Melihat fakta bahwa jumlah talenta di bidang digital masih minim, hingga Indonesia masih harus melakukan impor tenaga kerja, Ala merasa hal ini perlu dibenahi. Dibutuhkan perusahaan atau badan khusus untuk menciptakan lebih banyak talenta di bidang digital yang pasarnya sangat cemerlang.

“Akhirnya aku membangun Binar Academy, sesuai dengan background aku di bidang digital, aku membangun Binar Academy yang dikhususkan untuk melahirkan talent-talent digital,” tambah Ala.

Bukan sekadar menciptakan talent-talent digital, tapi Ala menginginkan talenta yang dicetaknya dalam Binar Academy memiliki bekal yang mumpuni sesuai dengan permintaan pasar di kancah internasional. Pada tahun lalu, tercatat Binar Academy berhasil mengedukasi lebih dari 8.000 siswa melalui program Binar Bootcamp, kursus intensif bagi pemula, dan Binar Insight melalui berbagai seri webinar.

“Akhirnya dari inisiatif ini, aku keluar dan menciptakan suatu tempat safe place untuk orang-orang yang supportive dan melahirkan generasi-generasi digital yang berkualitas dunia,” ungkap Ala.

Hingga di tengah masa pandemi seperti saat ini sekalipun, jumlah siswa Binar Academy terus bertambah seiring dengan penyesuaian mereka terhadap pembelajaran online. Jika awalnya pembelajaran offline hanya hadir di beberapa kota besar, kini pembelajaran tersebut dapat diakses dari manapun karena dilakukan secara online. Ala mengungkap kini peminat kelas daringnya berasal dari 35 kota yang tersebar di Indonesia. Tren positif terlihat dari bertambahnya jumlah siswa dan juga cakupan daerah pengajaran Binar Academy.

“Di masa pandemi, kami termasuk bidang yang berdampak positif. Karena awal dibentuk Binar Academy masih berbentuk konvensional dengan bangunan dan semuanya offline. Kini ketika pandemi, Binar Academy jadi bisa memperluas cakupan hingga ke 35 kota di Indonesia dengan sarana belajar online,” tutup Ala.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related

award
SPSAwArDS