Perkuat Ekosistem Tenun Batak, Tobatenun Dirikan Rumah Komunitas

marketeers article
Tobatenun dirikan dua rumah komunitas abu Bonang dan Jabu Borna (Sumber: Tobatenun)

Sebagai upaya memperkuat ekosistem tenun Batak, PT Toba Tenun Sejahtra (Tobatenun) resmi mendirikan dua rumah komunitas bernama Jabu Bonang dan Jabu Borna. Melalui dua rumah komunitas ini, Tobatenun ingin memberikan dampak perubahan terhadap masyarakat dan ekosistem tenun Batak, baik dari segi sosial, ekonomi, maupun budaya.

Sebagai social enterprise, Tobatenun berfokus pada community development kelompok tenun Batak untuk meningkatkan proses produksi yang sustainable dan ramah lingkungan. Melalui dua rumah komunitas Jabu Bonang dan Jabu Borna, Tobatenun mengadakan berbagai program pemberdayaan, kegiatan riset dan pengembangan produk, serta peningkatan kompetensi untuk kelompok tenun Batak.

“Tobatenun berupaya untuk menjaga keberlanjutan ekosistem dan mempertahankan siklus (lingkungan, perajin, UKM, budaya, dan adat istiadat). Salah satu upaya yang kami lakukan adalah membantu pelaku usaha tenun Batak dengan mendirikan rumah komunitas atau rumah latihan Jabu Bonang dan Jabu Borna. Dengan program yang akan dilakukan, Tobatenun berusaha untuk menciptakan peluang dan berusaha meningkatkan standar kesejahteraan perajin di desa-desa tenun tradisional di Sumatera Utara,” ungkap Melvi Tampubolon, COO PT Toba Tenun Sejahtra dalam keterangan tertulis Tobatenun.

Rumah komunitas dan latihan ini didirikan oleh Tobatenun untuk pemberdayaan, khususnya pemberdayaan perempuan, dan mendukung perajin pedesaan. Pemberdayaan tersebut dilakukan dengan pelatihan, pendampingan, pendidikan yang berkelanjutan, standarisasi hasil karya tenun, serta program kemitraan. 

Rumah komunitas Jabu Bonang telah melakukan berbagai pelatihan dan lokakarya yang telah memberikan dampak langsung bagi kehidupan dan produktivitas perajin sebagai mitra dari Tobatenun. Sedangkan di Jabu Borna, fokus pengembangannya adalah untuk riset pewarna alami, serat alami, penyediaan benang celup bagi ekosistem tenun, serta pengolahan limbah yang tepat dan ramah lingkungan.

Hingga saat ini, tim riset Jabu Borna berhasil menemukan 29 koleksi varian warna dari material alam seperti daun ketapang, kulit pohon mahoni, kayu jior, getah daun pisang dan lain-lain. Varian warna ini kemudian digunakan pada benang sebagai bahan dasar untuk tenun Batak.

“Saat ini kami telah bermitra dengan 200 perajin di Sumatera Utara yang tersebar di dua kota & lima kabupaten antara lain adalah Medan, Siantar, Toba, Labuhan Batu Utara, Tapanuli Utara, Samosir, dan Dairi. Kedepannya, Tobatenun akan memperluas kemitraan dan membangun hubungan jangka panjang dengan pelaku hulu dan hilir tenun Batak serta membina ekosistem yang lebih sehat bagi para perajin di Sumatera Utara,” tutur Melvi.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related

award
SPSAwArDS