Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun 2025 sebesar 4,87% secara tahunan (year-on-year/yoy). Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,11%.
Amalia Adininggar Widyasanti, Kepala BPS menjelaskan, meskipun pertumbuhannya melambat, namun masih tren pertumbuhan tetap tertajaga. Di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi, hampir seluruh negara mitra dagang utama Indonesia juga mengalami pelambatan pertumbuhan.
BACA JUGA: Lebih Rendah dari 2023, Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2024 Hanya 5,03%
Secara terperinci, Amerika Serikat (AS) tumbuh 2%, Jepang 1,8%, dan Singapura 3,8%. Sedangkan Korea Selatan justru mengalami kontraksi sebesar 0,1% pada kuartal I tahun 2025.
“Ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2025 tumbuh sebesar 4,87% yang ditopang oleh sektor pertanian yang tumbuh double digit, industri makanan dan minuman yang tetap solid, serta sektor transportasi. Selain itu, Ramadan dan Idulfitri juga menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (5/5/2025).
BACA JUGA: Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8%, RI Butuh Investasi Rp 13.032 Triliun
Dari sisi pengeluaran, ekspor barang dan jasa tumbuh solid sebesar 6,78%, ditopang oleh peningkatan ekspor beberapa komoditas barang nonmigas seperti lemak dan minyak hewan atau nabati, besi dan baja, mesin dan peralatan listrik, serta kendaraan dan bagiannya. Peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara juga turut mendorong ekspor jasa.
Sedangkan konsumsi pemerintah mengalami kontraksi 1,38% karena normalisasi belanja pemerintah, dimana pada triwulan I tahun lalu terdapat belanja pemerintah yang besar terkait Pemilihan Umum (Pemilu). Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) mencatat pertumbuhan 2,12%, melambat di tengah ketidakpastian global.
Dari sisi lapangan usaha, sektor pertanian mencatat pertumbuhan tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, yaitu sebesar 10,52%. Capaian ini berbanding terbalik dibandingkan kondisi triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, ketika sektor pertanian mengalami kontraksi atau penurunan sebesar 3,54%.
“Kinerja positif sektor pertanian tahun ini didorong oleh adanya peningkatan produksi padi dan jagung sebesar 51,45% dan 39,02% sepanjang triwulan I tahun 2025 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, serta meningkatnya permintaan domestik,” ujarnya.
Selain itu, Amalia juga menjelaskan, peningkatan tersebut mendorong tanaman pangan tumbuh 42,26% dan peningkatan permintaan domestik daging dan telur saat Ramadan dan Idulfitri mendorong peternakan tumbuh 8,83%. Sektor industri pengolahan masih menjadi penyumbang utama produk domestik bruto (PDB) dengan pertumbuhan sebesar 4,55% dan sektor informasi dan komunikasi tumbuh signifikan sebesar 7,72%.
“Hal tersebut mencerminkan peningkatan kontribusi digitalisasi dalam struktur ekonomi nasional,” ujarnya.
Secara spasial, Jawa mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 4,99% dan Sulawesi 6,4%, keduanya berada di atas rata-rata nasional. Sementara itu, wilayah Maluku dan Papua tetap tumbuh positif sebesar 1,69%, meskipun mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.