Pertumbuhan Industri Furnitur Ditargetkan Capai 20% pada Tahun 2024

marketeers article
Ilustrasi produk lokal. Sumber gambar: 123rf

Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) menargetkan industri furnitur nasional bisa tumbuh di angka 20% pada tahun 2024. Proyeksi tersebut mempertimbangkan kondisi perekonomian global yang terus berfluktuasi saat ini.

Dedy Rochimat, Ketua Umum Asmindo menjelaskan, target yang ditetapkan cukup moderat lantaran ketidakpastian ekonomi. Apalagi, pasar utama ekspor seperti Jepang, Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Eropa ekonominya sedang tidak baik-baik saja.

BACA JUGA: Pengusaha Furnitur Bakal Ganti Bahan Plastik dengan Bambu dan Rotan

“Kami tidak boleh takabur dalam menentukan target. Hal yang kami ingin capai tidak hanya sekadar bicara tapi supaya bisa memajukan industri,” kata Dedy dalam konferensi pers di di Tangerang, Banten, Selasa (27/2/2024).

Menurutnya, untuk mengejar target yang telah ditetapkan Asmindo bakal mencari target pasar baru selain pasar tradisional. Beberapa pasar potensial untuk mendorong ekspor seperti Afrika, Timur Tengah, dan perluasan pasar di Asia.

BACA JUGA: Gandeng Cafa, Asmindo Bidik Ekspor Furnitur Rp 109,4 Triliun

Dedy menyebut, secara umum kondisi ekspor bisnis furnitur mengalami penurunan pada tahun lalu. Tercatat, ekspor tahun 2023 hanya US$ 2 miliar, sedangkan tahun 2022 mencapai US$ 2,8 miliar.

“Kalau pasar sudah bagus dan krisis sudah membaik, kami optimistis ekspor juga akan naik terus,” ujarnya.

Dedy menambahkan, selain mencari pasar baru para pengusaha akan memperluas ekspor ke Cina yang relatif lebih baik dibandingkan pasar tradisional. Tercatat, ekspor ke negara tersebut mencapai ¥ 200 miliar tahun lalu.

“Jadi kami mau belajar dan ekspor ke Cina dan kami yakin bisa memenuhi kebutuhan baik di dalam negeri maupun ekspor,” ujarnya.

Inovasi lainnya dalam mengejar target pertumbuhan 20% adalah dengan memproduksi furnitur ramah lingkungan. Upaya ini dilakukan dengan mengganti barang-barang berbahan plastik dengan rotan dan kayu.

Adapun pertumbuhan permintaan terhadap furnitur ramah lingkungan diperkirakan mencapai 8,6% atau dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan terhadap furnitur secara keseluruhan yang hanya 4,3%. Dari sisi nilainya, Dedy menyebut, furnitur ramah lingkungan diperkirakan mencapai US$ 51,02 miliar pada tahun 2022.

Kendati demikian, angka ini baru mencapai 6,7% dibandingkan dengan permintaan furnitur secara keseluruhan, yakni sebesar US$ 766 miliar. Sedangkan tahun 2060 permintaan furnitur ramah lingkungan diperkirakan mencapai lebih dari 25% dari keseluruhan permintaan furnitur.

Kawasan Asia menjadi pendorong utama pertumbuhan pasar furnitur. Tercatat, permintaan furnitur ramah lingkungan di kawasan Asia tumbuh 10% per tahun, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pasar furnitur secara keseluruhan yaitu 8,18% per tahun.

Sedangkan nilainya diperkirakan mencapai US$ 179,2 miliar pada 2024 dan US$ 9,37 miliar atau 5,23% di antaranya disumbangkan oleh furnitur ramah lingkungan.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related

award
SPSAwArDS