Kenapa Brand Produk Pria Tetap Butuh Influencer Perempuan?

marketeers article
47416892 fashion photo of two beautiful young women with long dark hair and bright makeup wears casual clothes,posing in studio

Saat ini, banyak brand yang mengkhususkan produknya untuk kalangan pria, tetapi menggunakan perempuan sebagai salah satu endorser dan influencer. Tentunya ini menjadi pertanyaan, sebab untuk apa influencer perempuan mempromosikan sebuah produk khusus pria. Padahal sosok influencer wanita tersebut bisa jadi tidak menggunakan produknya atau memahami produknya.

Hal ini tidak akan menjadi masalah semisal brand tersebut ingin meningkatkan penetrasi pasar di kalangan perempuan. Tentunya hal ini jamak ditemukan pada brand-brand olahraga seperti Adidas, Puma, dan Reebok. Adidas misalnya menggandeng model Kendall Jenner, Puma mengajak Rihanna untuk berkolaborasi serta menunjuk Selena Gomez sebagai brand ambassador. Sementara, baru-baru ini Reebok memasukkan sosok Ariana Grande ke dereta ambassador perempuannya.

Selena Gomez menjadi Global Brand Ambassador Puma

Dikutip dari Adweek, Marshal Cohen selaku Chief Industry Analyst pernah mengatakan bahwa saat ini batasan antargender semakin tipis. “Ketika sekat antargender semakin tipis, pola pikir pemasaran tradisional seperti siapa target pasar Anda menjadi amat kuno,” ujar Cohen.

Sementara itu, data Nielsen menunjukkan bahwa daya beli perempuan setiap tahunnya mencapai US$ 5 triliun hingga US$ 15 triliun. Tentunya angka ini amat menggiurkan buat brand. Sehingga bukan hal aneh kalah sekarang ini banyak brand pria yang menggunakan influencer kalangan perempuan, meskipun produknya adalah produk pria. Alasannya, perempuan memiliki pengaruh yang besar bagi kebanyakan pria.

Hal ini dibuktikan oleh Head & Shoulders di Indonesia. Melalui kampanye terbarunya, Head & Shoulders menunjuk sosok aktor Iko Uwais dan Darius Sinathrya. Namun, selain kedua nama ini ikut pula disisipkan sosok Fahria Yasmin, atau yang akrab dipanggil dengan DJ Yasmin.

Pihak Head & Sholders mempunyai alasan tersendiri ketika memilih tiga sosok ini. Menurut Febrina Herlambang, Brand Communication Manager P&G Indonesia, sosok Iko Uwais dan Darius adalah role model yang merepresentasikan mayoritas pria Indonesia yang memang banyak beraktivitas di bawah terik matahari. Sementara, Yasmin menurut Febrina sebagai bagian dari marketing gimmick.

“Kami tahu kalau pria itu paling suka lihat perempuan cantik. Kampanye kami ini juga temanya lebih santai. Sebab itu, kami menunjuk Yasmin sebagai influencer kami. Pria itu kalau masalah produk perawatan biasanya amat mendengar masukan dari kalangan perempuan, terutama perempuan cantik yang bisa jadi pasangannya, teman, atau gebetannya,” jelas Febrina.

DJ Yasmin menjadi influencer dari Head & Shoulders

Febrina menambahkan, meskipun Head & Shoulders merupakan produk sampo yang menargetkan kalangan pria sebagai target utama, tetapi tetap ada kalangan perempuan yang menggunakan Head & Shoulders, meskipun ia enggan menyebutkan berapa persentase angka dari konsumen pria dan perempuan. Baginya permasalahan rambut dan kulit kepala setiap orang berbeda-beda, sehingga ketika ada perempuan yang menggunakan Head & Shoulders yang merupakan produk pria, hal tersebut menjadi wajar.

Setidaknya ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh brand untuk meningkatkan penjualan dengan menggunakan influencer perempuan. Pertama, brand bisa menampilkan lebih banyak perempuan dalam tiap collateral iklan, baik online dan offline.

Kedua, brand coba untuk hadir dalam medium-medium di mana kalangan perempuan suka hadir di sana. Misalnya, brand bisa saja mencoba beriklan di majalah perempuan atau kanal YouTube perempuan. Ketiga, temukan influencer wanita yang relevan dengan pesan dan karakter dari DNA brand Anda.

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS