Produk Biomassa Cangkang Sawit RI Diborong Jepang Senilai Rp 1,04 Triliun

Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebutkan produk biomassa Indonesia yaitu cangkang inti sawit (palm kernel shell/PKS) dan wood pellet meraup transaksi Rp 1,04 triliun. Jepang menjadi salah satu negara yang sangat berminat membeli biomassa dari Tanah Air.
Negeri Sakura dengan Indonesia telah menandatangani komitmen untuk mengimpor 640 ribu ton PKS dan wood pellet yang akan dipergunakan untuk keperluan sumber energi. Kesepakatan ini dijalain pada sela-sela forum bisnis dalam rangkaian misi dagang yang diselenggarakan Kemendag di Osaka.
BACA JUGA: Kemenperin Bidik Perluasan Ekspor Cangkang Sawit ke Jepang
Fajarini Puntodewi, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag menjelaskan, Jepang telah menetapkan target penjualan kendaraan penumpang baru menjadi kendaraan listrik pada 2035 untuk mencapai tujuan net zero emission pada 2050. Dengan demikian, industri mobil di Jepang harus beralih ke energi terbarukan guna mendukung transisi menuju kendaraan listrik dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
“Ini tentunya merupakan peluang emas bagi Indonesia,” kata Fajarini melalui keterangan resmi, Senin (16/6/2025).
BACA JUGA: PTBA Kembangkan Biomassa untuk Cofiring PLTU di Sumsel
Puntodewi melanjutkan, produk energi terbarukan yang merupakan produk turunan sawit antara lain PKS, tandan buah kosong (empty fruit bunch/EFB), dan batang kelapa sawit (oil palm trunk). Ada pula sumber energi terbarukan lainnya seperti wood pellet.
Produk-produk tersebut memiliki emisi gas yang sangat rendah. Bahkan, setiap ton PKS yang digunakan sebagai bahan bakar di pabrik, bisa berkontribusi menurunkan karbon dioksida (CO2) sebanyak 0,94 ton.
Kendati demikian, kebutuhan domestik saat ini masih kecil, sehingga ekspor masih menjadi pilihan yang lebih menguntungkan. Produksi PKS saat ini mencapai sekitar 14 juta ton, dan yang diekspor mencapai 35% dari ketersediaan PKS dalam negeri.
Ekspor PKS ke Jepang saat ini mencapai 4,5 juta ton per tahun. Kebutuhan pasar biomassa Jepang pada 2025-2026 diperkirakan akan meningkat menjadi 7 juta ton per tahun, dengan PKS dan wood pellet menjadi andalan kebutuhan Jepang.
Dengan demikian, peluang untuk meningkatkan ekspor PKS Indonesia ke pasar Jepang masih cukup besar. PKS memiliki beberapa keunggulan, antara lain sebagai bahan baku energi yang ramah lingkungan untuk menjadi bahan bakar padat yang sangat ideal untuk boiler uap penggerak turbin penghasil listrik.
PKS juga bisa digunakan sebagai bahan bakar penghasil listrik tenaga termal yang lebih rendah emisi karbon dioksida, sehingga cocok untuk industri. Selain itu, PKS juga digunakan sebagai arang aktif berkinerja tinggi yang dapat digunakan memulihkan pelarut, membersihkan udara, dan memurnikan air.
Untuk itu, Dikki Akhmar, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Energi Biomassa Indonesia (Aprebi) yang juga sebagai peserta business matching mendukung pemerintah mengupayakan keberterimaan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) produk PKS oleh pemerintah Jepang.
Selain itu, juga mendorong agar sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) lebih masif disosialisasikan. SVLK berperan sebagai sertifikasi produk biomassa dari hutan seperti wood pellet dan wood chip ke luar negeri.
“Tumbuhnya kesadaran akan aspek berkelanjutan dan makin berkembangnya konsep ekonomi hijau, menjadikan banyak negara berkompetisi menghadirkan produk-produk ramah lingkungan. Untuk itu, saat ini adalah kesempatan emas bagi Indonesia berinovasi mengembangkan produk energi terbarukan yang berkualitas dan terstandar,” ujar Dikki.