Raksasa Semen Thailand SCG Catat Pendapatan Q2 Rp 52,4 Triliun

marketeers article

Meskipun terkena dampak dari meningkatnya harga bahan baku dan faktor musiman, perusahaan semen dan bahan bangunan yang terafiliasi dengan Pemerintah Thailand SCG mengumumkan hasil kinerja kuartal dua 2018 yang menurutnya cukup memuaskan. Perusahaan telah mengambil langkah strategis untuk memperkuat bisnis inti dan mempertahankan kelanjutan ekspansi di wilayah ASEAN.

Salah satu langkah yang dilakukan yaitu mendorong terintegrasinya teknologi digital dengan beragam produk dan platform ritel modern agar mampu memenuhi tuntutan pelanggan yang terus meningkat.

Berdasarkan hasil kinerja perusahaan yang belum diaudit untuk kuartal tersebut, SCG mencatatkan pendapatan Rp 52,416 triliun, meningkat 11% y-o-y dan 2% q-o-q. Peningkatan ini terjadi berkat adanya kenaikan volume penjualan dan harga dari sebagian besar kegiatan bisnis.

Sementara itu, laba pada periode ini mengalami penurunan 6% menjadi Rp 5,397 triliun (US$ 389 juta) dibandingkan tahun lalu. Penurunan ini disebabkan oleh kinerja yang menurun dari bisnis bahan kimia dan pendapatan dividen yang menurun dari bisnis investasi.

Laba dari hasil kuartal kedua tahun ini masih tetap sama dengan kuartal sebelumnya, karena didukung oleh dividen musiman mitra di bisnis-bisnis lain. Kendati, permintaan musiman pada bisnis semen dan bahan bangunan menurun.

Sementara, pendapatan SCG sepanjang semester pertama tahun 2018 meningkat 6% y-o-y menjadi Rp 102,9 triliun karena tingginya harga bahan kimia. Laba untuk sementer satu turun 19% y-o-y menjadi Rp 10,6 triliun, disebabkan oleh penurunan laba atas penjualan investasi.

Selain itu, pendapatan dari ekspor untuk semester pertama tahun 2018 meningkat karena keuntungan tidak berulang dalam penjualan investasi pada tahun sebelumnya. Ini disebabkan oleh meningkatnya nilai mata uang baht Thailand serta naphtha costs.

Selain itu, pendapatan ekspor untuk semester pertama tahun 2018 mencapai Rp 28,02 triliun atau 27% dari pendapatan gabungan dari penjualan yang tetap. Kondisi ini tidak berubah jika  dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu.

SCG di Indonesia

Berdasarkan laporan kuartal dua 2018, SCG di Indonesia memiliki total aset senilai Rp 21,26 triliun. Perusahaan melaporkan pendapatan dari penjualan kuartal dua 2018 sebesar Rp 3,075 triliun yang mencakup penjualan dari operasional di dalam negeri dan impor dari Thailand. Ini mewakili peningkatan sebesar 26% y-o-y terutama dari produk petrokimia dan impor dari Thailand. Untuk semester pertama 2018, SCG di Indonesia melaporkan pendapatan dRp 6,257 triliun atau mengalami peningkatan 21% y-o-y.

Di Indonesia, SCG baru saja mengakuisisi 29% saham PT Catur Sentosa Adiprana Tbk, perusahaan ritel modern terkemuka di Indonesia yang menjual produk bahan bangunan dan rumah tangga. Akuisisi ini dimanfaatkan perusahaan untuk memperbanyak toko retail, guna memperluas jangkauan distribusi material dan bahan bangunan serta produk rumah tangga lainnya.

CSA memiliki dua lini bisnis utama yaitu toko ritel modern Mitra10 serta bisnis pendistribusian produk-produk rumah tangga. Mitra10 adalah toko ritel modern terkemuka di Indonesia untuk produk-produk rumah tangga, yang telah memiliki  27 gerai di kota-kota besar.

CSA menargetkan pembangunan 50 toko baru Mitra10 hingga akhir tahun 2021 guna memperkuat pangsa pasar. Pada lini bisnis lainnya, yaitu distribusi produk bahan bangunan, CSA telah memiliki akses ke lebih dar 30 ribu toko ritel tradisional di berbagai wilayah di Indonesia.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

 

Related

award
SPSAwArDS