Realisasi Circular Fashion untuk Selamatkan Lingkungan

marketeers article
47547417 rolls of fabric and textiles in a factory shop or store or bazar. multi different colors and patterns on the market. industrial fabrics.

Berdasarkan laporan dari Ellen MacArthur Foundation di tahun 2017, setelah industri minyak, fesyen diketahui menjadi industri yang menyumbangkan polusi terbanyak secara global. Laporan berjudul “A new textiles economy: Redesigning fashion’s future” itu menyebutkan bahwa setiap detik ada satu truk besar berisi tekstil yang dimusnahkan. Dan setiap tahunnya, kerugian karena pemusnahan tekstil itu diperkirakan mencapai sekitar US$500 miliar.

Saat ini, fesyen menjadi penyumbang sekitar 10% dari emisi karbon, jumlah tersebut melebihi gabungan dari industri pelayaran serta penerbangan. Limbah tekstil yang terurai berkontribusi dalam pemanasan global. Sedangkan pewarna dan bahan kimia lain yang ikut menjadi bagian dari proses produksi tekstil ini larut ke dalam tanah dan bisa mencemari sungai dan sumber air lainnya.

Tanpa perubahan, fesyen bisa menghabiskan setidaknya seperempat anggaran karbon dunia pada tahun 2050. Fesyen yang banyak digandrungi generasi muda pun perlahan menunjukkan perubahan. Dengan keterlibatan banyak generasi muda di industri ini, mereka mulai menggerakkan produksi suatu barang yang sustainable. Namun, tidak melupakan nilai jual.

“Permasalahan saat ini adalah krisis iklim dan pemanasan global. Kedua, krisis pembuangan hasil industri dan lahan untuk pembuangan. Salah satu  cara yang dianggap ampuh untuk mengatasi masalah ini adalah circularity economy,” ujar Co-Founder Moreloop Thamonwan Virodchaiyan di MarkPlus Conference 2020, Jakarta, (04/12/2019).

Perempuan yang akrab disapa Amm ini menambahkan bahwa circular economy bisa menjembatani jarak yang ada di antara permasalahan dan solusinya. Dengan mengurangi, menggunakan ulang, serta mendaur ulang, industri fesyen setidaknya bisa mengurangi persentase kerugian produksi.

Melihat persoalan yang ada itu, Amm bersama rekannya, Amorpol Huvanandana, membangun Moreloop, sebuah platform online yang mengumpuklkan kain sisa dari pabrik-pabrik besar. Mereka menciptakan ekosistem untuk UKM Thailand untuk membeli kain berkualitas dengan harga terjangkaui. Sehingga bisa menutup pembuangan dan memperpanjang umur kain.

Langkah Moreloop ini sudah ditunjukkan dengan sejumlah proyek yang rampung mereka kerjakan. “Kami bekerja sama dengan Siam Cement Group (SCG) untuk memproduksi kaos circular economy mereka sebanyak 1.500 potong,” jelas Amm.

Secara keseluruhan, per November 2019, Moreloop telah menggunakan kembali kain sebanyak 9.569 kg. Dan, dari proses tersebut, karbondioksida yang tersimpan mencapai sekitar 143.542 kg. Target di lima tahun ke depan, Moreloop ingin menyelamatkan satu juta kg karbondioksida.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS