Riset Populix: 59% Gangguan Mental Disebabkan Masalah Finansial

marketeers article
Ilustrasi gangguan kesehatan mental. Sumber gambar: 123rf

Perusahaan riset berbasis digital, Populix mengeluarkan hasil riset terbarunya terkait dengan gangguan kesehatan mental masyarakat. Dalam laporan tersebut, sebanyak 59% responden mengungkapkan penyebab utama gangguan kesehatan mental karena bermasalah secara finansial.

Eileen Kamtawijoyo, Co-Founder dan Chief Operating Officer (COO) Populix mengatakan survei dilakukan dengan melibatkan 1.005 laki-laki dan perempuan berusia 18 hingga 54 tahun di Indonesia. Dalam survei itu juga ditemukan 52% masyarakat Indonesia, terutama perempuan berusia 18 hingga 24 tahun, menyadari mereka memiliki gejala gangguan kesehatan mental, baik ringan maupun berat.

Mayoritas dari para responden juga menyadari telah mengalami gejala tersebut dalam enam bulan terakhir. 

“Pemicu utama gangguan kesehatan mental yaitu masalah finansial sebanyak 59%, diikuti rasa kesepian 46%. Selain itu, masih terdapat juga beberapa faktor lainnya seperti tekanan pekerjaan 37%, trauma masa lalu 28%, tekanan dari pasangan 17%, tinggal di lingkungan yang buruk 13%, serta mengalami diskriminasi dan stigma 10%,” ujar Eileen melalui keterangannya, Senin (10/10/2022).

Menurutnya, temuan lain dalam survei menunjukkan adanya masalah finansial menyebabkan terjadinya perubahan suasana hati yang cepat atau mood swing merupakan gejala yang paling sering dialami dengan persentase 57% dalam enam bulan terakhir. Diikuti dengan perubahan kualitas tidur atau nafsu makan sebesar 56%.

Pada peringkat ketiga, responden mengeluhkan rasa lelah dan energi menurun yang sangat signifikan dengan persentase 42%, ketakutan atau kegelisahan yang berlebihan sebesar 40%, dan merasa bingung, sering marah sebesar 37%. Ada pula responden yang mengeluhkan kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi sebesar 35%, penarikan diri dari lingkungan sosial 30%, serta ketidakmampuan untuk mengatasi stres atau masalah sehari-hari 26%.

Eileen menambahkan, dari berbagai gejala gangguan kesehatan mental tersebut, survei memperlihatkan sebagian responden mengalami gejala-gejala tersebut setidaknya dua hingga tiga kali dalam seminggu 42%. Bahkan, 16% responden menyatakan mengalami gejala tersebut setiap hari. 

Apabila terus dibiarkan, gejala-gejala tersebut dapat berpotensi mengganggu aktivitas dan produktivitas sehari-hari, bahkan dalam kasus yang lebih parah, mengancam keselamatan jiwa seseorang.

“Beberapa responden juga merasakan gejala dalam tingkat yang lebih parah seperti mengalami nyeri yang tidak dapat dijelaskan 13%, marah berlebihan dan rentan melakukan kekerasan 10%, berteriak atau berkelahi dengan keluarga dan teman-teman 9%, dan ingin melukai diri sendiri 9%, dan mencoba bunuh diri 6%,” ujarnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS