Sebagian Besar Anak Indonesia Tidak Sarapan Bergizi

marketeers article
Padatnya rutinitas terkadang membuat masyarakat mengesampingkan sesuatu yang sebenarnya penting dalam menunjang aktivitas sehari-hari, yaitu sarapan. Selain belum terbiasa, masyarakat kita juga belum paham seperti apa sarapan yang sehat dan bergizi itu.
 
Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia (Pergizi) Hardinsyah mengatakan masyarakat kota pada dasarnya mampu untuk sarapan bergizi. Hanya saja, katanya, faktor gaya hidup membuat mereka jarang untuk sarapan.
 
“Ini terjadi karena waktu istirahat terbuang akibat terlalu banyak berjejaring sosial, main games, atau menonton televisi hingga larut malam. hasilnya, mereka sering telat bangun, dan orangtua tidak sempat membuatkan sarapan untuk anak-anaknya” katanya dalam kampanye Berbagi Pesan di Jakarta, Jumat (13/2/2015).
 
Hardinsyah melanjutkan, waktu sarapan yang baik adalah antara pukul 05.00 hingga 09.00 pagi dengan kadar tidak lebih dari 300-400 kilo kalori atau 25% dari kebutuhan kalori harian sebesar 1.400-1.500 kilo kalori. Ia bilang, seorang anak yang sarapan memiliki prestasi akademis yang jauh lebih baik ketimbang yang tidak.
 
Berdasarkan riset Nestle Indonesia, empat dari sepuluh anak Indonesia mengonsumsi sarapan tidak bergizi. Hardinsyah bilang, ini terjadi karena pemilihan makanan dan minuman untuk sarapan tidak memenuhi standar gizi yang baik. Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian sebuah lembaga terhadap 50 ribu anak berusia lima sampai 12 tahun.
 
“Lima minuman yang paling banyak dikonsumsi anak saat sarapan adalah air putih, teh, sirup, susu kental manis dan susu bubuk. Sedangkan kelima makanan, yaitu nasi, rebusan umbi, mie, biskuit, dan sereal. Dari sisi jumlah, empat dari sepuluh makanan dan minuman itu berbasis energi. Namun, secara kecukupan mineral, masih kurang,” tuturnya.
 
Ahli Gizi dari Institut Pertanian Bogor ini juga menyayangkan, sarapan nasi yang dilakukan anak-anak tidak diimbangi dengan lauk yang mengandung protein dan vitamin. Alhasil, anak-anak hanya sarapan untuk kecukupan kalori saja, tanpa memperhatikan keseimbangan gizi.
 
Melihat keprihatinan itu, perusahaan pangan asal Swiss PT Nestle Indonesia berkomitmen untuk memberikan 10.000 porsi sarapan kepada 48 sekolah binaan Carrefour di 13 kota di Indonesia, serta kepada Yayasan Bacaan di 29 desa yang tersebar di 14 pulau wilayah timur nusantara. 
 
Sepuluh ribu porsi sarapan tersebut akan dibagikan selama sepekan, yaitu pada Pekan Sarapan Nasional (PESAN), 14-20 Februari 2015. Anak-anak akan mendapat sarapan berisi produk-produk Nestle, seperti Milo, Dancow Fortigro, dan sereal Koko Krunch. Nestle juga mengajak para netizen untuk berbagi pesan melalui situs www.berbagipesan.co.id.

Related

award
SPSAwArDS